Sastra

Sastra

Menyusun Kenangan

Menyusun Kenangankau menyusun kenangan dengan bongkah-bongkah tak terlihatyang meluncur dari jari-jari angin, dari kejauhan, darirumah-rumah dan alamat yang sudah lama

Sastra

Kemarau

KemarauJumpa hura kedip mengincarlima deru amarah waktu.Kuntum menyeberang mataberserah julur ke alun-alun. Daun-daun, jarak-jarak, kita,kering layu gugur menguning Kemarau membakar duriMenusuk tubuh-tubuhTertusuk

Puisi

Tapamu yang Purwa

Tapamu yang PurwaTuhan melongokmu di suwargaTapa,ejaan namamu dalam bahasa Ibuberarti diam, berdiam diriterbenam dalam kedirianuntuk mencapai kemuliaan Kemuliaan,kata moyang kita adalah

Sastra

Halaman Kehidupan [Cerpen]

Penduduk Rajakulon heran bukan kepalang. Hari ini, pagi di Rajakulon tak kunjung usai. Di desa tetangga, waktu sudah menunjukkan pukul

Sastra

Warisan Sastra Feminis NH Dini

Masih ingatkah kita akan tragedi kecelakaan yang berujung kematian sastrawan Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih kita dikenal

Sastra

Puisi: Buku, Anak, Ibu

Puisi tak melulu tentang senja, hujan, atau lara hati. Atau lara hati di senja yang hujan. Puisi juga menyoal peristiwa

Sastra

Zhuge Liang; Surat untuk Anakku

Zhuge Liang (諸葛亮, 181-234 C.E) adalah perdana menteri negara bagian Shu (蜀) dalam periode Tiga Negara (220-280 C.E) dari Tiongkok.

Sastra

Menyoal Perihal Sastra Islami

Islam kini tak hanya menjadi agama privat yang dihayati oleh pemeluknya masing-masing dalam ruang-ruang perjumpaan spiritualnya dengan Tuhannya. Tak cukup

1 4 5 6