Malam-Malam Teduh

Di langit sepuluh malam kedua, Ramadhan
Bulan menggantung sumringah
Suara jangkrik saling menyahut
Kawanan kepik membaur
Melangitkan zikir
Para petani yang larut dalam pulas
Terbersit sedikit senyum puas
Sesore tadi di sawah
Giat memanen
Malam-malam teduh
Gema tadarus
Masih mengalun lirih
Pada selembar ingatan
Nun jauh
Di balik dinding-dinding sunyi Gua Hira
Tatkala dia
:Sang manusia agung
‘tak tahu baca-tulis’ itu, diseru:
“Bacalah…!”
Artikel Terkait:
Pasti Ada Jawaban [Puisi]
Hanafi yang Pergi, dan Ilmu Mengabadi
Wajah Sujud Mbah Ali Maksum Krapyak
Requiem Lorong Rumah Sakit [Puisi]
Jumat Berkah [Puisi]
Catatan Kecil Ramadhan [Puisi]
Perempuan [Puisi]
Ngabuburit, Tradisi Masyarakat Sunda Menjelang Buka Puasa
Menghayati Esensi Puasa Ramadan
Inilah Pidato Nabi Saat Menyambut Bulan Ramadhan