Mufassir yang Menghindari Huruf Bertitik

Para mufassir mempunyai cara masing-masing untuk mengekspresikan pemikiran dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan Alquran. Tentu saja, di antara mereka ada yang “hanya” mengikuti metode-metode sebelumnya, tapi, tidak sedikit pula yang berinovasi mengembangkan metode unik, yang menjadikan tafsirnya menarik perhatian para pengkaji tafsir.
Dan berikut ini di antara para mufassir yang menerapkan metode unik dalam menafsirkan Alquran, yaitu dengan menghindari penggunaan huruf bertitik (…). Jadi, kita takkan menemukan huruf berikut dalam tafsirnya ب، ت، ث، ج، خ، ز، ظ، ض، ف، ق، ن، dan ي
Faydhullah bin Mubarak al Akbar Abaadi (954 – 1004 H)
Faydhullah bin Mubarak al Akbar Abaadi, terkenal dengan nama Imam Faydhy. Beliau lahir dan besar di India. Kakeknya adalah Syekh Khidhir berasal dari Yaman dan hijrah ke India. Kitab tafsirnya berjudul سواطع الإلهام لحَلّ كلام الله الملك العلاّم
Tafsir ini mempunyai sistematika penyajian yang unik, yaitu dari awal sampai akhir, al Faydhi menghindari penggunaan huruf bertitik, padahal kitab ini dicetak dalam 6 jilid, dan tentu saja, nampak sekali takallufnya (bahasa jawa: ketok meksone )
Dia mengawalinya dengan kalimat berikut demi untuk menghindari hamdalah yang ada titiknya
أحامد المحامد ومحامد الأحامد لله مصعد لوامع العلم وملهم سواطع الإلهام، مرصص أساس الكلم، ومؤسس محكم الكلام… إلخ
Di akhir tafsir ini, beliau menambahkan semacam mu’jam untuk menjelaskan kata-kata yang menurutnya asing yang ada dalam tafsirnya. Ya, tentu saja, siapapun yang menghindari huruf bertitik pasti akan terpaksa menggunakan lafadh yang tidak familier.
Mahmud bin Muhammad al Hamzawi al Hanafi (1236-1305 H)
Beliau adalah mufti negara Syam pada masanya, dan termasuk penulis buku yang produktif di berbagai bidang. Kitab tafsirnya berjudul دُرّ الأسرار في تفسير القرآن بالحروف المهملة
Tafsir ini terdiri dari 2 jilid, dan dari awal sampai akhir hanya menggunakan huruf-huruf muhmalah (huruf tanpa titik). Membaca tafsir ini, kita akan merasakan kehebatan bahasa Arab dan keunikannya di tangan sang mufassir.
Untuk menghindari basmalah yang ada titiknya, beliau menulis: اسم الله العلام أول الكلام , kata النبي diungkapkannya dengan kata الرسول محمد untuk menghindari titik di kata النبي. Kata صلى الله عليه وسلم digantinya dengan صلى الله على روحه وسلم demi menghindari kata عليه yang bertitik. Kata عليه السلام diungkapkannya dengan ردّد الله له أكمل السلام tanpa titik sama sekali.
Kedua tafsir ini Insya Allah sudah tercantum dalam buku saya berikutnya tentang “Kitab-Kitab Tafsir”.