Sunan Kudus yang bernama asli Sayyid Ja’far Shadiq mashur sebagai salah satu tokoh Wali Songo yang mengislamkan masyarakat di Tanah Jawa sekitar 5 abad silam. Di balik jasa tersebut, ada lima (5) karakter Sunan Kudus yang patut diteladani oleh kaum milenial. Teladan ini penting di tengah krisis ketaladanan yang kini dihadapi oleh para pemuda dalam menghadapi tantangan zaman.
Sunan Kudus sering disebut sebagai Guru Akbar dengan predikat Waliyyul Ilmi. Sebutan itu disematkan sebab keilmuannya sangat tinggi. Pada masa itu, banyak murid yang berdatangan untuk mengaji kepada sang sunan.
Sebagai sosok ilmuan, Sayyid Ja’far Shadiq juga dikenal sangat peduli setiap anak didik (santri) dan urusan pendidikan (pengajian). Hal ini juga sekaligus menjadi visi umum Wali Songo yang memandang pendidikan adalah tugas dan panggilan agama.
Maka bagi generasi milenial, keilmuan adalah hal utama yang harus dimiliki agar menjadi manusia yang bermartabat. Perihal jenjang pendidikan (baca: formal) itu soal cara dan proses untuk mendapatkan ilmu. Yang jelas, keilmuan menjadi bekal bagi kaum muda di tengah kompetisi kehidupan yang semakin ketat.
Selain keilmuan yang mumpuni, ternyata keterampilan berdagang juga sebagai salah satu karakter Sunan Kudus. Citra Sunan Kudus sebagai saudagar atau pengusaha ulet ini didukung dengan jejaknya dalam menjalankan misi dakwah di masyarakat. Pada waktu ia menanamkan mental berdagang kepada masyarakat agar mandiri melalui berdagang, mengingat daerah Kudus lahan persawahannya tidak begitu luas serta tidak memiliki pantai-pantai.
Kondisi itu bisa dilihat menjamurnya usaha kecil menengah di kelurahan-kelurahan di sekitar kompleks makam Sunan Kudus. Makanya, sampai saat ini Kabupaten Kudus salah satu daerah sentra industri dan perdagangan paling besar di Provinsi Jawa Tengah.
Berkaca dari karakter di atas, para kaum milenial dapat mendidik diri sejak dini sebagai generasi yang punya mental kemandirian melalui dunia dagang atau wirausaha. Apalagi sekarang ini teknologi sudah sangat mendukung untuk mengembangkan perdagangan.
Karakter Sunan Kudus sebagai sosok pluralis dan multikulturalis bisa dilihat dari strategi dakwahnya yakni mengandalkan pendekatan kultural. Di antaranya adalah melalui penghormatan dan toleran terhadap unsur-unsur nilai lama dari masyarakat.
Kenyataan ini dapat dicermati dalam ajaran yang sudah berkembang di dalam masyarakat. Misalnya, tentang arsitektur bangunan Menara Kudus yang mencerminkan kesadaran multikulturalisme melalui corak tiga tradisi: Islam, Hindu, dan China. Ada pula mitologi larangan menyembelih sapi yang masih berkembang hingga sekarang sebagai penghormatan kepada Sunan Kudus yang dahulu kala toleransi terhadap masyarakat lokal yang beragama Hindu (Abdurrahman Mas’ud, 2004: 58-64).
Sunan Kudus berani mengarungi lautan luas, menembus hutan belantara meninggal keluarga untuk sementara, demi memperjuangkan bangsa dan negara (Kesultanan Demak). Hal inilah yang pernah dilakukan ketika melawan Portugis di Malaka bersama pasukannya. Maka tak salah Sunan Kudus dikatakan sebagai Negarawan yang memiliki disiplin tinggi dan patriotis, berani dan rela berjuang demi bangsanya.
Karakter patriotis ini patut diteladani oleh pemuda Indonesia yang mana situasi negara hari ini sudah dijajah budaya asing yang bisa melunturkan nasionalisme. Di samping itu, penetrasi ideologi transnasional juga masih menghantui semangat dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karya seni Sunan Kudus terutama model arsistektur Menara Kudus adalah karya seni terbesar peninggalan Walisongo pada abad XV. Menara ini hingga sekarang menjadi kebanggaan umat tidak hanya dari umat Islam, tetapi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian karya Sunan Kudus berupa Menara yang begitu indah ini sudah cukup menjadi bukti untuk mengatakan bahwa Sunan Kudus merupakan arsitek handal (Nur Said, 2011: 42-47).
Kelima karakter di atas tentu saja tidak mesti harus dimiliki oleh semua generasi milenial. Paling tidak, ada di antara lima karakter tersebut yang bisa menjadi keunggulan untuk bisa memberikan manfaat untuk orang banyak. Sehingga generasi milenial hari ini dan kelak menjadi generasi yang dapat memajukan bangsa dan negara. Wallahu a’lam.