IQRA.ID, Subang – Di dalam Al-Qur`an terdapat keterangan tentang berbagai hewan, di antaranya adalah semut dan lebah. Apabila karakter kedua hewan ini ditelisik lebih dalam, ternyata ada pelajaran dan hikmah tersembunyi yang bisa diambil oleh umat Islam.

“Orang kalau ingin hebat itu sudah diberi tahu oleh Allah dengan cara ngaji pada dua makhluk Allah yaitu semut dan lebah,” tutur Ketua PBNU H Marsudi Syuhud sambil menyebut syi`iran Arab tentang semut dan tawon, pada Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-94 M dan ke-97 H Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan oleh PCNU Subang, Rabu (11/3).

Belajar kepada Semut

Menurut Kiai Marsudi, jika nahdliyin ingin menjadi besar dan hebat harus bisa belajar pada karakter semut. Hewan ini mampu membangun kerukunan, gotong royong, dan kerja sama antar sesama semut.

“Semut itu kecil tapi bisa membangun rumah yang besar karena semut bisa hidup bergandengan, guyub dan rukun. Ada yang bawa daun, tali temali lurus sampai tidak ada yang putus,” tambahnya di hadapan ribuan warga NU yang memadati alun-alun setempat.

Jadi orang NU, sambungnya, harus bisa meniru karakter semut dengan cara istiqamah dalam membangun silaturahim, kerukunan dan kerja sama antar sesama. Dan yang paling penting adalah tetap dalam tali temali ulama NU. Jika hal itu bisa dilakukan, maka NU tidak akan kekurangan sedikitpun.

“Orang NU harus ikut ulama NU, tidak usah ikut ulama baru karena stok ulama NU sangat banyak,” tegasnya sambil menyebut data pesantren NU se-Indonesia yang berjumlah sekitar 26 ribu.

Lebih lanjut, H Marsudi menyarankan kepada warga NU untuk istiqamah mengikuti ulama NU. Ia menjelaskan hanya ulama NU yang ikut terlibat dalam mengurus kehidupan manusia dari mulai sebelum lahir hingga setelah wafat.   “Sebelum lahir ada tujuh bulanan, kemudian lahir aqiqah-an, kenduren, khitanan, nikahan, kemudian wafat ada tahlilan semuanya diurus ulama NU. Jadi tidak usah nyari ulama lain lagi,” imbuhnya.

Belajar kepada Lebah

Setelah belajar pada semut, orang NU harus bisa belajar pada lebah yang memiliki karakter sedikit berbeda dengan semut. Karena, lebah biasanya berkeliaran sendiri-sendiri namun tidak pernah lupa pada sarangnya.

“Kedua, harus ada yang seperti tawon, tawon tidak bisa gandeng-gandeng seperti semut. Dia terbang sendiri-sendiri tapi pulang bisa membawa oleh-oleh dan menghasilkan madu yang bisa menjadi obat,” paparnya.

Kiai Marsudi menambahkan bahwa orang NU harus ada yang seperti lebah. Bekerja di luar kota namun tidak pernah lupa pada rumah besar yang bernama Nahdlatul Ulama dan saat pulang membawa oleh-oleh untuk kemaslahatan NU setempat.

Kegiatan perigatan harlah dihadiri jajaran pengurus cabang, MWCNU, dan Ranting se Kabupaten Subang serta ratusan undangan dan ribuan Nahdliyin Kabupaten Subang dan sekitarnya. (Aiz Luthfi/Abdul Muiz/NU Online)

Leave a Response