Dalam suatu pengajian tafsir bersama para santri, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Kragan, Kab. Rembang, pernah menjelaskan tentang kisah Nabi Adam memakan buah khuldi karena rayuan setan (iblis).
Berikut penjelasan dari Gus Baha:
Nabi Adam itu salah karena makan syajaratil khuldi (شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ). Kata cerita-cerita begitu. Nanti bisa diperdebatkan syajaratil khuldi itu nama larangan. Sebetulnya itu nama salah. Nanti bisa bertanya Pak Quraish Shihab.
Istilah “khuldi” itu bahasa setan.
هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ
“Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Q.S Thaha: 120)
Jadi iblis itu menggoda Adam, “Apakah kamu ingin makan ‘pohon keabadian’?”
Kalau mengistilahkan syajaratil khuldi, berarti mengesahkan istilah yang dipilih setan. Heheh jadi masalah.
Makanya, saya pokoknya anut umumnya orang syajaratil khuldi ya syajaratil khuldi. Tapi, ini sebenarnya bahasa yang dipakai setan.
Singkat cerita, akhirnya Nabi Adam makan (khuldi), tapi tidak banyak. Makanya di sebagian ayat diredaksikan ذَاقَ artinya mencicipi. Makanya ada اكل, ada juga ذَوق disebut اَكْلُ. Makanya اَكْلُ yang sedikit disebut ذوق atau ذاق.
Ketika Nabi Adam makan, Allah marah tetapi marah terhadap orang yang dicintai. Nabi Adam diajari Allah, “Aku ajari kamu doa agar kamu dimaafkan.”
Jadi seperti anak yang akan minggat (pergi) tapi diberi bekal:
اللهُمَّ اجْعَلْ سَيّئَاتِنَا سَيِّئَاتِ مَنْ أَحْبَبْتَ
فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Baqarah: 37)
Makanya saya kalau baca ayat itu, “Kok enak! Baca ini ya!” Jadi, Nabi Adam seperti anak pergi dibekali HP dan uang. Kalau waktunya pulang ya pulang hahaha…
Nabi Adam benar sudah diusir, tapi diberi bekal oleh Allah, diajari.
Ternyata apa? Ma’siatu Adam adalah ma’siatu mu’adzimin, artinya maksiat orang yang sangat menghormati Allah.
Jadi, kalau kamu ingin jadi wali itu statusnya harus al-mu’adzim al-musabbih.
Kata kuncinya begini, kalau menurut Tafsir Ibnu Katsir,
وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّى لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” (Q.S Al A’raf: 21)
Saya ini kan muridnya Mbah Moen (K.H. Maemon Zubair), muridnya bapak saya. Tidak kebayang orang memakai namanya Allah kemudian dusta.
Jadi, Nabi Adam dirayu setan (iblis) dengan cara apa saja tidak pernah tertarik. Akhirnya setan bilang Wallahi (demi Allah).
Kata Setan, “Aku menyuruh kamu memakan ini karena aku لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ.”
Jadi, Setan memakai kata Wallahi (والله).
Allah juga sudah merevisi larangan itu, sekarang menjadi boleh.
Karena setan memakai kata wallahi, Nabi Adam berkata:
وعِزَّتِكَ ما حَسِبَتْ أنَّ أحَدًا يَحْلِفُ بِكَ كاذِبً
Adam ini tidak nurut alasannya apa? Adam berkata kepada Allah, “Demi kehormatan-Mu Ya Allah, aku tidak pernah mengira ada hamba-Mu ada makhluk yang mencatok (bersumpah) dengan nama Engkau, tapi dia dusta.”
Kenapa saya sebut nama Mbah Moen? Andaikan saya punya teman yang biasa membodohi saya terus bilang, “Gus Baha, kamu dipanggil Mbah Moen.”
Dan dia bilang pakai sumpah. Kira-kira saya pikir apa tidak? Mesti saya langsung pergi meskipun ya dibodohi.
Karena saking wibawanya Mbah Moen, sehingga saya tidak mengecek orang ini bohong apa tidak.
Saking wibawa Allah di hati Nabi Adam, ketika setan menyebut “Wallahi sekarang Allah sudah menghalalkan itu”, ya sudah tidak berpikir panjang.
Karena Nabi Adam tidak pernah mengira ada orang yang memakai nama Allah tetapi dia dusta.
Saking ta’dhim (hormat) Adam kepada Allah, itu وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّى لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ.
Kalimat Faazallahuma (فَأَزَلَّهُمَا) itu rujuknya ke iblis, jadi Adam korban terus. Sehingga dua orang (Adam dan Hawa) ini maksiat sebagai korban dan sebagai objek. Kreatornya adalah iblis.
Link ngaji versi audio-visual: