Dalam suatu pengajian bersama para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) ditanya oleh seorang pemuda asal Magelang mengenai syarat masuk surga:
“Saya itu bingung dari dulu. Syarat masuk surga apa harus Islam Pak? Kalau orang Kristen, Budha, Yahudi anaknya dari lahir kan itu suci, tapi orang tuanya mengajari yang menurut mereka benar. Terus kalau yang masuk surga Islam saja berarti berdasarkan bejo-bejonan (keberuntungan). Saya beruntung lahir di keluarga Islam. Nah, kalau saya lahir di keluarga Budha itu bagaimana Pak? Kan saya apes gitu.”
Berikut jawaban Gus Baha:
Artinya pertanyaan Anda ini sambil syukur ya. Kalau sambil syukur itu rileks tidak marah-marah ketika bertanya.
Begini, jadi untuk hal-hal seperti itu kita iman saja dengan hal-hal yang ditentukan Allah, pokoknya yang masuk surga itu hanya yang Islam.
Kita tidak perlu menyoalkan yang detail-detailnya, misalnya bagaimana orang yang kita kenal di keluarga Kristen.
Karena hakikatnya kita tidak pernah tahu. Yang kita ketahui dari kenyataan itu tidak ada 100 persen.
Bisa saja orang lahir di negara Islam, di keluarga Islam, gara-gara miskin atau terlantar malah dendam sama Islam.
Ada yang lahir di Kristen, gara-gara trauma dengan agamanya, kemudian menjadi Islam.
Anaknya orang Islam pasti Islam itu mainstream. Anaknya orang Kristen pasti Kristen itu juga mainstream. Umumnya saja.
Tapi, kita kan sebenarnya tidak pernah tahu. Dari tidak pernah tahu kita sebagai manusia diharapkan tunduk dan tawaduk kepada Allah. Pada dasarnya semua itu الله اعلم (hanya Allah yang lebih tahu).
Tapi hukum formal, hukum syari’at yang kita yakini adalah masuk surga itu yang Islam. Kenapa demikian?
Karena secara lahir kan begini logika yang bisa Anda terima, misalnya, “Presiden Indonesia sekarang siapa?”
“Jokowi.”
Kira-kira orang yang meyakini Tuhan ada tiga itu bilang, “Presiden Indonesia ada tiga; Jokowi, Prabowo, dan Sandiaga.”
Orang yang seperti itu layak atau tidak dianggap sebagai warga negara? Tidak. Atau orang mengatakan Indonesia tanpa presiden? Ateis kan?!
Jadi, kenapa kita mengikuti syariat yang masuk surga hanya orang Islam. Kira-kira yang layak sebagai warga negara Indonesia yaitu meyakini bahwa yang menjadi presiden satu lah, yang sekarang itu Pak Jokowi. Ya Tuhan itu satu, Allah Subhanahu wata’ala.
Makanya saya terima kasih Anda itu tanya supaya tidak ngganjel (mengganjal). Islam datang dengan pe-ma’rufan, yaitu dengan sesuatu yang mudah dikenal. Yang mudah dikenal apa, yang layak menjadi warga negara Indonesia, ya yang yakin presiden satu.
Lalu yang bilang presiden itu tiga jangan langsung dianggap bukan orang Indonesia, wong mereka tetap orang Indonesia. Ya istilahnya ditobatkan dari penyusupan. Nah, di sini fungsinya Rasul.
Jadi, hampir tidak ada di dunia orang yang tidak kenal Islam, meskipun mereka diajari dengan agama masing-masing. Apalagi sekarang, ada sekolah Perbandingan Agama, ada TV, ada medsos. Pasti mereka dengar.
Karena tasawuf itu
Kalau mereka bilang tidak pernah mendengar ajaran selain yang diajarkan orang tuanya kira-kira bohong tidak? Bohong kan?!
Jadi begitu saja, Anda harus yakin bahwa yang berhak masuk Islam itu hanya orang Islam. Detail-detailnya kita tidak pernah tahu, الله اعلم (hanya Allah yang lebih tahu).
Tapi, kita punya logika misalnya, “Bapakmu, namanya siapa?” “Bejo.”
Terus, adek kamu meyakini bahwa Bejo bukan Bapak kamu, mesti dia anak durhaka. Kira-kira begitu!
Orang yang meyakini Allah tidak Tuhan itu kan kurang ajar sekali. Apa lagi ada yang meyakini ada yang setingkat Allah. Ada presiden bandingannya Pak Jokowi. Kan tidak pantas!
Tidak pantas itu sesuatu yang akal tidak percaya, tidak mau.
Saya berkali-kali bilang, ciri agama itu apa? Membenarkan yang ma’ruf, yaitu yang mudah dikenali.
Yang mudah dikenali apa? Yang pikirannya benar, akidahnya benar itu yang harus dibenarkan. Yang harus dibenarkan itu yang pantas masuk surga. Kira-kira begitu.
Link Ngaji Versi Video:
“Gus Baha – Syarat Masuk Surga”
Ingin menyimak GUS BAHA lebih banyak lagi dengan translate BAHASA INDONESIA?