Jakarta – Kementerian Agama melalui Direktorat Penerangan Agama Islam menyelenggarakan Pagelaran Ketoprak Sunan Gunung Jati dengan tema ‘Wo Ai Ni di Gunung Jati’ di Bidakara, Jakarta, Jumat (23/8/2024) malam.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 400 tamu undangan dan dimeriahkan oleh bazar makanan dan suvenir yang dikelola oleh Paguyuban Warga Jogjakarta di Jakarta (PAWARTA), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia (BWI), Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Penanggung Jawab Stan IPARI, Ayu Qonita, menyebut, melalui bazar ini IPARI berupaya memajukan pemberdayaan ekonomi umat, terutama penyuluh. Mengingat barang-barang yang dijajakan di Stan IPARI adalah milik para penyuluh.
“Dari batik, jasket, kaos, peci, kerudung, bros, tumbler, mukena, hingga kolor training IPARI,” kata Bendahara I IPARI ini ketika ditanya produk apa saja yang dijajakan di bazar.
Selain pemberdayaan ekonomi, imbuhnya, bazar seperti ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan IPARI dan perannya kepada masyarakat umum.
“Banyak orang mukai mengenal apa itu IPARI,” ucapnya pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Subdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan.
Terkait Pagelaran Ketoprak, ia berharap para penyuluh agama bisa meneladani dakwah ala Sunan Gunung Jati. Yakni, menggunakan budaya sebagai media dakwah dan memghargai perbedaan yang ada di tengah masyarakat.
Sementara penjaga Stan Gudek Bu Nah, Fajar, mengaku sudah buka sejak siang hari. Menurutnya, pengunjung yang datang ke stannya cukup rame.
“Yang beli ada saja,” kata pria dari Bekasi ini.
Ia menyebut, bahan-bahan yang dipakai untuk membuat gudek didatangkan langsung dari Yogyakarta untuk menjaga citarasanya.
Menurut pengakuannya, sebelumnya ia tidak mengetahui kesenian Ketoprak. Namun setelah mengikuti bazar ini, ia menjadi tahu bahwa Ketoprak adalah kesenian dari Jawa yang mengangdung nilai-nilai luhur.
“Baru pertama ikut bazar Ketoprak. Kalo bazar biasa sudah biasa,” ujarnya.*