Ulama ahli Al-Qur’an dan Tafsir asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam suatu pengajian kitab bersama para santri pernah menceritakan kisah seorang kiai (yang berpangkat wali) saat bermimpi mendapat isyarat tentang kemerdekaan Indonesia atas jajahan Jepang.
[Link versi video ada di bawah]
Berikut keterangan kisah dari Gus Baha:
Kamu jangan benci sama kiai Indonesia, mereka itu orang alim. Ketika membuat Pancasila itu tidak apa-apa mengakui Kristen.
Yang penting masih memiliki agama, yang penting bukan Komunis, karena sejak dulu Islam suka yang beragama meskipun sedikit keliru daripada tidak punya agama.
Makanya Kiai Masykur, Kiai Agus Salim, Gus Wahid Hasyim, pokoknya kiai alim dulu menerima Pancasila. Yang penting berketuhanan, yang penting tidak komunis.
Karena jika komunis, maka seperti orang Persia yang tidak berketuhanan dan tidak berkitab suci. Paham nggeh?
Jadi, dalil kiai menerima Pancasila berdasarkan zaman dahulu Nabi Muhammad lebih suka membayangkan jika peperangan antara Romawi-Persia itu yang menang perang Romawi dari pada Persia.
Karena orang yang beragama bisa mengalahkan yang tidak beragama. Jadi, kita lebih menerima Kristen dan Yahudi dari pada komunis.
Saya ulangi lagi ya, saya pernah istikharah di Makkah dan pernah belajar di mana-mana.
Memang, kenapa kiai dulu kok mentoleransi, karena memang seperti itu. Saya itu pernah menyaksikan percakapan, ini saya cerita tahaddusbini’mah.
Saya itu menyaksikan percakapan Mbah Maimoen Zubair dan Mbah Ahmad Shidiq (Rais Aam PBNU tahun 1984-1991). Mbah Ahmad Shidiq ini kan keturunan Lasem dan masih misanan Buyut saya.
Mbah Ahmad Shidiq itu punya cerita ketika Indonesia masih dijajah Jepang. Cerita ini dari orang-orang yang bersanad sampai Mbah Hasyim Asy’ari.
Intinya ada kiai yang disuruh istikharah, lalu merdekanya Indonesia itu bagaimana.
Jepang kan penjahat, meski hanya empat tahun menjajah Indonesia, tapi jahat sekali. Indonesia tuntas dijajah jepang. Ada Romusha dan macam-macam.
Singkat cerita, ada seorang kiai mimpi dibacakan Surat Ar-Rum, pokoknya dia baca surat Ar-Rum:
Terus kiai tersebut menarik kesimpulan, kata Mbah Ahmad Shidiq, “Begini Mbah, Indonesia tidak bisa mengalahkan Jepang, tapi tetap akan merdeka.”
Mbah Moen itu lalu membalas, “Kamu kalau ngomong itu yang benar”.
Pokoknya begitu, Indonesia tak akan menang melawan Jepang tapi tetap akan merdeka. Karena, Romawi itu kalah sama Persia. Tapi, suatu saat Romawi mengalahkan Persia.
Lho saat Romawi yang menang, kok orang Islam ikut senang?! Padahal tidak ikut perang.
Paham nggeh?
Di ayat ini kan Romawi mengalahkan Persia:
Di hari Romawi mengalahkan Persia, Orang Islam itu ikut senang padahal tidak ikut perang.
Tapi, karena yang mengatakan hal itu adalah kiai yang orangnya ‘alim dan wali, ya semuanya pada percaya.
Pokoknya singkat cerita, Jepang Hiroshima dan Nagasaki di Bom Sekutu. Jepang pergi dari Indonesia dan Indonesia Merdeka.
Terus kiai (yang bermimpi mendapat isyarat) tersebut dicari dan diberi tahu, “Anda betul-betul Wali beneran!”.
Beliau itu menakwil ayat tersebut sangat sederhana, “Indonesia tak akan menang tapi tetap akan merdeka”.
Karena ayatnya:
“Wong ora melu menang, tapi kok melu seneng” (Padahal tidak ikut menang perang, kok ikutan senang)
Jadi, di dunia itu ada yang tidak ikut menang tapi ikut senang. Oh iya, ikut merdeka..!!
Akhirnya, Nabi dulu tidak ditindas oleh Kafir Makkah, karena takut, “dulu sekutuku saja kalah”.
Karena dulu ada kekuatan global, yaitu Romawi dan Persia.
Persia jadi bolo (sekutu) Kafir Makkah, Romawi jadi sekutu kaum muslim. Sejak dulu pun, orang-orang sudah bolo-bolonan (bersekutu).
Makanya, sama-sama memilih itu, jika terpaksa, lebih baik memilih berteman dengan Kristen daripada PKI. Kalau Kristen masih Ahli Kitab, masih semit.
Syukur-syukur, Kristennya masih rada-rada orisinil. Maka dari itu, ngaji itu penting. Orang Islam sejak dulu itu mencari ‘padanan’.
Persia–Kafir Makkah, sama-sama tidak semit. Sedangkan Romawi-Kaum Muslim, sama-sama semit.
Paham nggeh? Pokoknya mencari kembaran (kesamaan) dikit-dikit.
Link ngaji versi video: