KH Ahmad Bahauddin Nursalim, ulama ahli Qur’an yang juga pengasuh Pesantren Tahfidz LP3IA, Narukan, Kab. Rembang, dalam suatu majelis pengajian kitab bersama para santri pernah menjelaskan tentang bahaya memimpin bangsa jin.
Berikut penjelasan Gus Baha:
Karena Nabi Sulaiman menguasai (memimpin) jin, di antara istrinya (yang berjumlah 1000) ada yang berperilaku tidak benar.
Menurut cerita, Nabi Sulaiman mempunyai cincin. Jika mau ke kamar mandi, cincin tersebut dititipkan ke istrinya. ketika masih di kamar mandi, cincin tersebut diberikan mitra jin-nya Sulaiman.
Jin tersebut bisa menyulap wajah persis seperti Nabi Sulaiman, lalu duduk di singgasana. Seperti biasa, semuanya pun tunduk pada jin tersebut.
Sulaiman yang asli akhirnya ngalor ngidul (mondar-mandir) di jalan untuk mengaku “Aku ini Sulaiman yang asli”. Orang-orang menyebut sebagai “orang gila”, karena ada Sulaiman yang dianggap asli sedang memimpin kerajaan.
Kemudian Sulaiman menangis dan berdoa kepada Allah:
(Surat Shad, ayat 35)
(“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”)
Walhasil, karena Sulaiman sudah tobat, bisa kembali memimpin kerajaan.
Memimpin jin itu repot. Makanya, kiai-kiai berpesan, “Silakan kamu alim, tapi jangan punya khodam jin.”
Sebab, jin itu tetap mengakali. Kata wong kuno, “Kalau bapaknya tidak kuat, kadang anaknya tidak kuat.”
Saya ini anak dan cucu kiai, jadi sangat tahu alam jin, karena memang sangat mengerikan.
Kamu belum pernah kan dimakmumi jin? Saya berkali-kali.
Dulu, bapak saya berpesan, “Kamu jangan pernah memimpin jin!”
Akhirnya, Nabi Sulaiman diakali (tipu daya) oleh setan. Ketika Sulaiman bisa menaklukkan beberapa hewan, setan membuat mantra yang dijadikan buku. Kalau orang sekarang menyebutnya “primbon”.
Buku itu lalu dipendam (dikubur) di bawah singgasana Nabi Sulaiman. Setan sudah pintar, ketika Sulaiman sudah meninggal, setan menciptakan satu isu bahwa Sulaiman bisa seperti itu karena mempunyai buku panduan yang dikarang setan.
Akhirnya buku itu dibongkar oleh orang-orang kemudian menyebutnya sebagai doa sihir. Doa itu diamalkan ya bisa beneran, bisa seperti sulapan.
Akhirnya orang-orang menyangka Sulaiman sebagai ahli sihir. Akhirnya Nabi Muhammad ikut dipertaruhkan, ketika itu Nabi Muhammad cerita di depan umum, kalau Sulaiman adalah Nabi.
Orang Yahudi pun mengejek Nabi Muhammad tentang penjelasan tersebut. Karena orang Yahudi waktu itu meyakini Sulaiman adalah tukang sihir dengan bukti buku sihir itu.
Kemudian turunlah ayat:
(Surat Al-Baqarah, ayat 102)
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, hanya setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.”
Jadi, dari dulu rekayasa sudah ada. Buku sihir diselundupkan, seakan-akan karangan Nabi Sulaiman.
Link ngaji versi audio-visual: