Ulama ahli Al-Qur’an dan Tafsir asal Kab. Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menjelaskan tentang perbedaan hukum seorang kiai menerima uang dari orang miskin dan orang kaya.
[Link versi video ada di bawah]
Berikut penjelasan dari Gus Baha:
Misalnya, ada orang kaya mempunyai orang 1 miliar. Lalu salam templek (tempel) ke saya sebesar 2 juta itu lebih banyak halal, karena uangnya tidak berguna.
Ini kisah nyata, ada seorang kiai cerita, “Gus, saya ini ngiaini (menjadi kiai) wong-wong melarat (orang miskin), kalau ngiaini wong-wong sugih (orang kaya) itu rawan tamak”.
“Dosanya malah besar kamu daripada aku.”
“Kok bisa, gus?”
“Kamu itu mencekik, sebab orang miskin memberi beras sekilo itu rawan beras jatah anaknya. Mending orang kaya memberi uang sejuta tapi uang tidak berguna sebab kekayaannya semiliar.”
“Kamu pernah dikasih salam tempel orang miskin berapa?”
“Pernah gus, sepuluh ribu.”
“Bagi orang miskin, uang sepeluh ribu itu berarti lho…”
“Astaghfirullahal’adhim…”
Menerima uang dari miskin itu lebih ngeri daripada uang dari orang kaya.
Ngerinya bagaimana? Misalnya, dapat salam tempel dari Rukhin lima ribu (5.000) atau maksimal sepuluh ribu (10.000). Bisa saja besok anaknya tidak sekolah karena tidak punya uang saku. Ngeri apa tidak?
Artinya apa? Kalau menjadi kiainya komunitas orang melarat, salam tempel dari orang melarat itu potensi halal apa haram? Haram berat karena itu jatah nyawa (keluarga).
Makanya, kalau orang kefikihen (terlalu fikih) itu hatinya keras, kalau ketasawufen (terlalu tasawuf) itu jadi bodoh, sebab sok tasawuf menjadi kiai di kalangan orang miskin, akhirnya salam tempel dari mereka merupakan jatah belanja.
Paham nggeh..?
Makanya, saya berpikir ulang kalau mau pinjam uang ke Mustofa, itu jatah kiriman ke anaknya. Kalau saya pinjam kan malah bikin seret (menghambat) saja.
Atau kalau saya pinjam beras ke Rukhin, bisa-bisa besok istrinya mengomel karena tidak bisa masak.
Misalnya ada orang kaya, punya mobil Alphard, memberi saya uang sejuta.
“Kok banyak..”
“Uang parkir, gus..”
“Saya sehari itu parkir 5 kali.”
Orang kaya di Jakarta kan sekali parkir itu 10.000, kalau sehari lima kali parkir berarti 50.000, kalau tujuh kali berarti 75.000, terus kalau sebulan berarti kan totalnya 1.500.000.
Salam tempel orang kaya lebih mudah halal daripada uang dari orang miskin yang jatah SPP dan belanja!!
Itulah rahasia kehebatan Rasulullah lebih bersikap baik kepada orang fakir miskin.
Tapi, orang-orang (sahabat Nabi) dahulu sudah mengetahui semua bahwa donaturnya Nabi itu Abu Bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf, sebab mereka orang kaya, mesti uangnya tidak berguna (bukan jatah belanja) untuk keluarganya.
Makanya, tidak ada ceritanya Nabi menerima uang dari sahabat Bilal atau Abu Hurairah. Uang belanja itu, bahaya… Hehehe
Makanya,
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
(Harta) yang boleh diinfakkan itu yang kelebihan dari kebutuhan. Paham nggeh…?
Link pengajian versi video: