KH Ahmad Bahauddin Nursalim, ulama ahli Qur’an yang juga pengasuh Pesantren Tahfidz LP3IA, Narukan, Kab. Rembang, dalam suatu majelis pengajian kitab tafsir bersama para santri pernah menjelaskan tentang niat ngopi dan merokok agar bernilai ibadah.
Berikut penjelasan Gus Baha:
Ulama itu tidak boleh tidak ngomong. Ulama harus ngomong, karena orang terus jadi sadar.
Banyak orang melarat (miskin) yang sadar, “Masya Allah Gus, berarti kelak saya dihisab? Karena setiap hari pagi saya ngopi dan merokok, padahal saya miskin.”
“Pokoknya kalau kamu merokok, niati untuk menghilangkan stresmu, maka itu jadi ibadah. Sebab, kalau kamu stres itu menyusahkan orang!”
“Alhamdulillah, berarti halal, Gus?”
“Halal.. Halal..” Hehehe
Repot.. Miskin kok menawar hukum!
Kenapa saya harus ngomong begini agar dia sadar? Kalau haji dengan rokok itu lebih mahal rokok.
Kelak ketika ditanya Allah (di akhirat), “Kenapa kok tidak mampu haji?”
“Miskin, Gusti…”
Kata Allah, “Coba hitung, yang kamu pakai untuk hal-hal yang tidak jelas itu menghabiskan berapa?”
Sebab Allah itu menghitung sekecil apapun (mitsqola dzarrah).
Makanya, orang miskin kalau Jumatan itu harus shof awal, karena itu hajinya orang-orang fakir dan miskin.
Link ngaji versi audio-visual: