KH Ahmad Bahauddin Nursalim dalam suatu majelis pengajian tafsir Al-Qur’an bersama para santri menjelaskan tentang proses hisab di Padang Mahsyar. Seperti apa penjelasannya?
Berikut penjelasan Gus Baha:
Suatu saat Rasulullah pernah bersabda, “Kelak aku akan mensyafaati kalian semua, karena aku mengenali kalian.”
Para sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah dari sekian miliar orang di akhirat, bagaimana engkau mengenali kami?”
“Jika kamu punya unta dengan tanda tertentu dalam jidatnya ada begini, pada tangannya ada begini, dan pada kakinya ada begini, maka bisakah engkau membedakannya dengan unta yang lain?”
“Bisa Ya Rasulullah, karena unta kita khas.”
Kata Nabi Shallallahu alaihi wasallam, inna ummati yud’auna yaumal qiyamati ghurran muhajjalina min atsaril wudhu (Sungguh umatku akan dipanggil pada Hari Kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhunya).
Saya (Gus Baha) menghitung, durasi hisab orang sedunia itu hanya berlangsung 3 jam. Karena para malaikat tidak mengalami kesulitan sama sekali.
“Tak warai (aku ajari) ya, tidak akan salah dalam hal ini karena riwayatnya sahih.”
Alasan kenapa hisab hanya butuh rubu’un nahar (ربع النهار) atau seperempatnya siang. Anggap saja siang 6 atau 12 jam, berarti seperempatnya itu 3 jam.
Nanti di Padang Mahsyar,
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
Pada Hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram… (Q.S. Ali Imran: 106)
Orang kafir hilang wajah dan tubuhnya karena gelap (taswaddu wujuh), sementara yang mukmin wajahnya terang (tabyaddu wujuh).
Pergerakannya yang tabyaddu wujuh ke kanan, sedangkan yang taswaddu wujuh ke kiri. Maka, kamu jangan punya sinar yang kelap-kelip nanti kena ‘beko’ (kiasan alat pengeruk malaikat di akhirat) karena tidak jelas.
Sinarnya yang jelas gurran muhajjaliina min atsaaril wuduu. Makanya ketika orang mukmin memilik nur (cahaya) di muka dan tangan tetap berdoa, rabbana atmim lana nurona karena takut kena beko tadi.
Karena kalau hanya wudhu kaki saja kan tidak kelihatan. Kalau nur-nya tembus langit malaikat jadi tahu siapa itu yang tembus langit nur-nya.
Identifikasi malaikat berdasarkan tadi (nur). Jadi mana yang min ashabil yamin dan tidak ada nur ashabil syimal.
Nah, Malaikat yang di bawah beko itu kira-kira detail nggak? Dugaan saya kalau kelap-kelip pasti kena syimal (kiri).
Apalagi yang wudhunya cuma ndolet (menyentuh) kepala sedikit. Meskipun sah menurut mazhab Syafi’i, tapi sebaiknya kalau membasuh kepala itu semua biar (wajah di akhirat) tidak kelap-kelip.
Setelah itu, kata Allah:
يُعْرَفُ ٱلْمُجْرِمُونَ بِسِيمَٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِٱلنَّوَٰصِى وَٱلْأَقْدَامِ
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Q.S Ar Rahman: 41)
Orang-orang pendosa kelihatan, maka ditempatkan bagian kiri, sementara orang-orang baik ditempatkan bagian kanan. Ayat ini jelas-jelas tentang akhirat.
Nur ini berdasarkan dengan kadar iman dan perilaku kamu. Setelah yang kelap-kelip diseleksi lagi, nanti ada malaikat bagian yang lebih detail, lalu yang kafir benar-benar masuk ke Neraka.
Sisanya ini nanti dicari oleh Nabi dan disyafaati, “Mana umatku yang kelap-kelip”.
Ada yang langsung dituruti Allah dan ada yang mencicipi Neraka dulu.
Tapi, yang jelas kiamat cepat sekali. Karena ada identifikasi tadi, yang jelek keliatan jelek, yang baik keliatan baik. Orang pendosa dikenali lewat alamat taswaddu wujuh dan orang baik dikenali lewat tabyaddu wujuh.
Setelah menyingkir (dari hisab), faduriba bainahum bi suril lahu bab, ada pintu penghalang atau pemisah. Sisi kanan langsung ke arah Surga, sedangkan yang sisi kiri ke arah Neraka.
Problemnya ketika penutupan pintu, nah mau ke mana ini orang yang sinar wajahnya kelap kelip?
Yang repot kan kalau cahayanya cuma 1-2 persen. Coba misalnya, nur kamu 2 persen, berarti gelap kamu kan 98 persen. Kira-kira, malaikat mengkategorikan yang mana? Ayo jawab!
Masuk kiri atau kanan?
Bisa saja cara berpikir malaikat begini, “Tapi kok ada cahayanya…”
Alhamdulillah kalau malaikat berpikir begitu, nanti kita rayu saja. Yang penting ada cahayanya.
Padahal kata Allah, yang bercahaya masuk ashabul yamin (golongan kanan).
Namun, yang jelas saat kelak yang punya cahaya tetap berdoa, Robbana atmim lana nurona (Ya saya mohon sekali, nur kami sempurna).
Makanya, Nabi juga berdoa, “Ya Allah jadikan sisi depanku nur, sisi belakangku nur, kananku nur, sisi kiriku nur, dan jadikan tubuhku nur…”
Ini doa yang saya (Gus Baha) baca, karena saya takut kalau tergolong orang yang cahayanya kelap-kelip.
Intruksinya Allah kan yang ada nur atau tidak. Entah bagaimana malaikat menghitungnya bagi yang kelap-kelip. (Hafidhoh Ma’rufah)