Ulama ahli Qur’an dan Tafsir asal Kab. Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, dalam suatu acara di IAI Tribakti Lirboyo Kediri, pernah menerangkan tentang larangan menghina Tuhan agama lain sebagai bagian dari mencintai agama sendiri.
[Link versi video ada di bawah]
Berikut penjelasan dari Gus Baha:
Di antara kitab yang saya pelajari serius berjudul Syajatarul Ma’arif. Kitab ini salah satunya menjelaskan, peristiwa-peristiwa khusus dalam Al-Qur’an dipahami secara umum.
Contohnya, ada bab yang sesuai dengan konteks Indonesia, tentang menutup pintu potensi-potensi yang tidak baik. Terus beliau (pengarang kitab Syajatarul Ma’arif) mengutip ayat:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”
(Qur’an Surat Al-An’am 108)
Dulu para sahabat saking semangatnya dalam berislam itu sering bilang, “Jancuk Lata (اللات), jancuk Uzza (العُزَّى).” Jadi ini tidak jauh-jauh dari misuh (menghina), karena sudah dicap cangkem elek.
Terus mereka, “Kalau tuhan saya jancuk, jancuk juga tuhan kamu.”
Akhirnya Allah bilang begini, “Muhammad, umatmu beritahu agar tidak menghina berhala, korbannya Aku.
Makanya turun ayat:
Oleh Syekh Izzuddin bin Abdissalam yang dikenal dengan Sulthonul Auliya’ dibuatkan bab mudah sekali, yakni bab saddud dzara’i.
Jadi, kalau kamu ingin Allah tidak dipisuhi (dihina) dan Islam tidak disakiti, kamu jangan menyakiti agama lain. Itu bagian dari mencintai Islam.
Jangan kira, kita hormat sama agama lain karena ikrar, tapi itu bagian dari mencintai Islam!
Ini penting saya utarakan!
Sehingga peristiwa khusus ini bisa ditarik kesimpulan secara umum, Qur’an dan hadis mengawal kita hingga Hari Kiamat. (M. Zidni Nafi’)
Link Ngaji Gus Baha Versi Video: