Ulama ahli Qur’an dan Tafsir asal Kab. Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam suatu pengajian di Pesantren Lirboyo Kediri pernah menjelaskan tentang fenomena kelompok Takfiri yang menganggap (memvonis) hukum syirik bagi orang yang membawa keris.
Berikut Penjelasan Gus Baha:
Ini penting saya utarakan. Setelah ada firqoh-firqoh (kelompok) Takfiri yang mengatakan orang yang memegang keris itu syirik, ke kuburan, ini ini syirik, itu salah besar..!!
Kalimat-kalimat atau kebenaran absolut itu sudah menjadi sibghatallah man ahsanu minallahi shibghat (صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً).
Kalimat ini begitu absolut di hati orang mukmin sehingga ketika terganggu dengan hal-hal yang adat-istiadat, seperti memegang keris, itu tidak mengganggu, tetap kualitas iman di atas keyakinan adat membawa keris.
Kalau orang membawa keris menjadi syirik karena percaya sama makhluk, misalnya orang Kejawen orang membawa keris tidak nyaman, lalu orang kota kalau tidak membawa ATM juga tidak nyaman. Itu tidak dihukumi syirik?
Kamu pergi lupa membawa HP, nyaman tidak? Tidak. Kenapa tidak dihukumi syirik?
Jadi, ini logika-logika.
Saya berkali-kali bilang, saya itu termasuk ulama yang mau bikin gerakan “cangkem elek”. Itu karena nanti kalau saya nisbatkan kepada Rasulullah itu tidak pantas.
Hal ini karena Nabi adalah ahsanan-nasi khalqan wa khuluqan. Tapi, saya siap jadi bemper-nya (tameng) Rasulullah.
Pernah ada diskusi di Jakarta. Ini kisah nyata.
“Apa dalilnya salaman (berjabat tangan) setelah shalat? Mana hadisnya?”
Itu dijawab hadisnya tentu kita kesulitan. Kalau pun ada, hadisnya dhaif (lemah) semua masalah mushafahah (salaman/jabat tangan).
Akhirnya mau tidak mau dijawab pakai cangkem elek!
“Boleh nggak kamu setelah salam menyalakan HP yang off?” (Gus Baha bertanya)
“Boleh..!”
“Boleh nggak ke kamar mandi?”
“Boleh…!”
“Oh, berarti kencing, boleh. Menyalakan HP, boleh. Yang nggak boleh itu ingat Allah?!”
Hal ini karena mereka mengkritik wiridan, mengkritik salaman.
Akhirnya dia mikir, “Ada nggak hadisnya orang setelah shalat menyalakan HP?”
Tidak ada kan..?!
Tapi, mereka menyalakan HP tidak ada hambatan. Untuk salaman malah dimasalahkan.
Ke kamar mandi, boleh. Tapi, untuk wiridan nggak boleh.
Akhirnya mereka sadar. Lama-lama kelompok itu dibisiki begini:
“Kamu itu korban aliran, supaya kamu nggak ingat Allah. Ingat HP-nya. Sehingga orang wiridan kamu kritik, tapi orang menyalakan HP nggak kamu kritik! Kelompok itu adalah kelompok orang-orang yang supaya orang Islam itu lupa Tuhannya.”
Itu gerakan cangkem elek, tapi menjadikan orang sadar, hehehe… (M. Zidni Nafi’)
Link Ngaji Versi Video: