Hidâyah al-Bârî: Syarah Kitab Shahih Bukhari Berbahasa Sunda Pegon Karya KH. Ahmad Sanusi Sukabumi (1931)
Berikut ini adalah kitab berjudul “Hidâyah al-Bârî fî Bayân Tafsîr al-Bukhârî” karya KH. Ahmad Sanusi b. Abdurrahim (w. 1950). Seorang ulama besar Tatar Sunda yang juga tokoh pejuang kemerdekaan RI asal Sukabumi (Jawa Barat).
Kitab “Hidâyah al-Bârî” merupakan syarah dan terjemah dari kitab hadits “Shahih Bukhari” berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon). Dalam sejarah perkembangan tradisi keilmuan Islam di Tatar Sunda, keberadaan karya ini terbilang sangat penting, karena bisa dibilang sebagai syarah dan terjemah kitab “Shahih Bukhari” pertama yang ditulis dalam bahasa Sunda.
Dalam muqaddimahnya yang singkat, KH. Ahmad Sanusi menulis:
(Ammâ ba’du. Mangka ieu kitab dingaranan “Hidâyah al-Bârî fî Bayân Tafsîr al-Bukhârî” hartina nyaeta “Pituduhna Gusti Alloh Anu Ngadamel Sakabeh Makhluk dina Nerangkeun kana Tapsir Hadits Bukhari [Ammâ ba’du. Maka ini kitab dinamakan “Hidâyah al-Bârî fî Bayân Tafsîr al-Bukhârî” yang berarti “Petunjuk Allah Sang Maha Pencipta Segala Makhluk dalam Menerangkan Tafsir Hadits-Hadits Sahih Bukhari])
Karya ini ditulis oleh KH. Ahmad Sanusi dalam masa pembuangannya di Tanah Tinggi (Batavia) dan dipublikasikan secara berkala selama satu bulan satu kali. Dalam kolofon, edisi perdana dari karya ini disebutkan terbit pada 1 September 1931 M.
Tertulis pada halaman sampul kitab dalam bahasa Sunda (aksara Latin): “1 September 1931. Tahoen ka I. Tapsir Boechori. Dikaloearken 1 boelan sakali oleh H. Ahmad Sanoesi bin Hadji Abdoerrohim Tanah Tinggi Senen no. 191 Batavia Kramat. Harga langganan 3 boelan f. 1.20”.
Pihak yang mencetak kitab tersebut adalah “kantor percetakan Harun b. Ali”, yang beralamat di Pekojan nomor 3, Batavia. Tertulis di sana:
(Toko kitab sareng kantor citak Harun bin Ali nomer 3 Pekojan Betawi [Toko kitab dan kantor cetak Harun b. Ali nomer 3, Pekojan, Batavia)
KH. Ahmad Sanusi menjelaskan, bahwa sesungguhnya keinginan untuk menulis syarah dan terjemah kitab “Shahih Bukhari” dalam bahasa Sunda Pegon telah terbersit sejak lama di dalam hatinya. Namun, keinginan tersebut baru dapat direalisasikannya pada masa tersebut (1931). Tertulis di sana:
(Hatur unginga ka sadaya juragan-juragan para maos. Alhamdulillah nembe ayeuna jisim kuring tiasa ngaluarkeun ieu Tapsir Bukhari tea, nu sakitu parantos lami pisan dilamunana [Diberitahukan kepada semua tuan para pembaca. Alhamdulillah baru sekarang saya bisa mengeluarkan Tafsir Bukhari ini, yang sebenarnya telah sejak lama saya rencanakan])
Jilid ke-1 dari kitab “Hidâyah al-Qârî” ini terdiri dari 32 halaman. Separuh dari keseluruhan halaman jilid tersebut berisi muqaddimah dan pengantar kajian ilmu hadits serta biografi Imam Bukhari yang ditulis oleh KH. Ahmad Sanusi. Setelah pengantar tersebut, barulah kemudian KH. Ahmad Sanusi mulai mensyarah hadits-hadits Bukhari.
Dalam bentangan narasi besar (grand narrative) sejarah peradaban Islam di Tatar Sunda, sosok KH. Ahmad Sanusi tercatat memiliki peran penting dalam mengembangkan tradisi intelektual Islam di wilayah tersebut pada paruh pertama abad ke-20 M. Di antara sejumlah ulama Tatar Sunda yang hidup di kurun masa tersebut, KH. Ahmad Sanusi adalah yang paling produktif menulis sejumlah karya.
Tercatat lebih dari 120 buah karya yang ditulis oleh KH. Ahmad Sanusi. Mayoritas karya-karyanya berbahasa Sunda aksara Arab (Sunda Pegon). Martin van Bruinessen dalam “Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren Milieu; Comments on a New Collection in the KITLV Library” (1990: 237) menyebut karya-karya yang ditulis oleh KH. Ahmad Sanusi sebagai “satu dari tiga karya orisinal ulama Sunda”.
Bidang kajian yang digarap oleh KH. Ahmad Sanusi dalam karya-karyanya meliputi pelbagai disiplin keilmuan Islam, seperti tafsir al-Qur’an, hadits, fikih, tauhid, tasawuf dan lain-lain. Dalam bidang tafsir al-Qur’an, misalnya, KH. Ahmad Sanusi menulis sembilan buah karya, tiga di antaranya yaitu “Raudhah al-‘Irfân”, “Tamsyiyyah al-Muslimîn”, dan “Malja al-Thâlibîn.
Jajang A. Rohmana dalam “Sejarah Tafsir al-Qur’an di Tatar Sunda” (2015) telah mengkaji ketiga karya tafsir tersebut dan memetakannya dalam diskursus tafsir al-Qur’an di wilayah Tatar Sunda.
Karya-karya yang ditulis oleh KH. Ahmad Sanusi juga mencerminkan ideologi keislamannya yang berhaluan tradisionalis, yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja). Ideologi ini terafiliasi dengan konsep pemikiran Imam al-Asy’arî atau Imam al-Mâturîdî dalam teologi (akidah), Imam al-Syâfi’î atau imam madzhab empat lainnya dalam yurisprudensi (fikih), serta Imam al-Ghazzâlî dan ulama besar tasawuf lainnya dalam esoterisme (akhlak).
Melalui karya-karyanya pula, KH. Ahmad Sanusi mengungkapkan penolakannya terhadap ideologi Islam puritan yang berhaluan modernis dan tidak memiliki afiliasi konsep pemikiran dalam pemahaman teologis, yurisprudensi, dan esotetisme Islam.
Meski dalam kapasitasnya sebagai seorang ulama besar, namun sikap rendah hati KH. Ahmad Sanusi dan keluhuran budinya dapat kita rasakan dalam sebagian besar karya-karyanya. Dalam kitab “Hidâyah al-Bârî” yang telah kita diskusikan di muka, misalnya, KH. Ahmad Sanusi tak segan-segan untuk meminta do’a dari para pembacanya agar karya tersebut dapat bermanfaat bagi umat Muslim dan dapat diterima di sisi Allah Ta’ala.
KH. Ahmad Sanusi menulis:
(Kumargi eta henteu aya sanes manggah ka sadaya juragan-juragan para maos kersa ngawohwoh ku doa, mugi-mugi Gusti Alloh Nu Maha Suci ngajantenkeun mangpaat dunya aherat ka sadaya kaum Muslimin ieu tapsir sareng sadaya kitab-kitab karajinan jisim kuring [Oleh karenanya tiada harapan lain dari para tuan pembaca kecuali agar dapat berkenan memanjatkan doa, semoga Allah Yang Maha Suci dapat menjadikan karya kitab ini bermanfaat di dunia dan akhirat bagi seluruh umat Muslim, demikian pula halnya kitab-kitab lainnya yang saya upayakan])
Wallahu A’lam.
Sukabumi, Agustus 2021.