Judul Buku : Jawahirul Qur’an wa Duroruhu
Penulis : Imam al-Ghazali
Penerbit : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah
Tahun : 2005
Tebal : 175 halaman
ISBN : 2-7451-0692-9
Imam al-Ghazali selain dikenal dengan pakar tasawuf, fiqih, ushul fiqih, filsafat, dan teolog, ia juga dikenal dengan mufassir. Hal ini dibuktikan dengan salah satu karyanya yaitu Jawahirul Qur’an wa Duroruhu.
Dalam bukunya ini, kita akan diajak untuk menyelami kandungan yang terdapat dalam Alquran secara umum. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa Alquran bagaikan lautan yang sangat luas, di dalamnya berisi aneka macam mutiara dan intan permata yang berharga. (hal. 4)
Imam Ghazali sendiri menulis bukunya ini, diawali dari bentuk kegelisahannya akan fenomena yang terjadi pada saat itu, bahkan terjadi hingga saat ini.
“Aku membangunkanmu dari tidurmu, duhai orang yang selalu merutinkan diri membaca Alquran, yang menjadikan studi Alquran sebagai pekerjaan, yang menelan makna Alquran hanya dari teks dan kalimat saja, sampai kapan engkau hanya berputar-putar di tepi laut sambil menutup mata dari sesuatu yang mulia dan langka di dalamnya?” (hal. 10)
“Tidaklah engkau menyelam ke dalam samudra yang paling dalam, agar engkau tidak hanya puas dengan keindahan-keindahan luarnya saja? Hingga kapan dirimu terus terhalang melihat permata dan mutiara samudra, karena keterpesonaanmu melihat pantai dan tepinya saja? Tidakkah sampai kepadamu bahwa Alquran adalah samudra yang sangat luas dan dalam? (hal. 10)
Dari sini dapat diketahui bahwa dalam membaca dan memahami Alquran tidak hanya dengan sekadar mengetahui makna dzahirnya saja, melainkan juga harus tahu makna bathinnya.
Apa yang dilakukan oleh Imam al-Ghazali ini, senada dengan para Sufi yang memandang bahwa Alquran memiliki dua dimensi, yaitu dimensi dzahir dan dimensi bathin. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab Imam al-Ghazali sendiri adalah seorang sufi, dan seorang ulama besar dalam bidang tasawuf.
Bagi Imam al-Ghazali, sejatinya substansi ayat-ayat Alquran bermuara pada enam jenis. Keenam jenis ini kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian, di mana pada setiap kelompok tersebut terdiri dari tiga sub-bab, yakni tiga sub-bab pokok dan tiga sub-bab pelengkap.
Pengertian dari tiga sub-bab pokok adalah bahwasanya Alquran mengandung tiga tujuan utama, yaitu: Pertama, mengenal Allah Dzat yang diserukan. Kedua, mengetahui jalan yang lurus yang harus ditempuh supaya sampai pada Dzat yang diserukan. Ketiga. Mengetahui keadaan setelah sampai pada Dzat yang harus diserukan.
Di luar dari tiga hal tersebut adalah merupakan tambahan-tambahan yang yang berkaitan atau penyempurna dari tujuan utama, atau disebut dengan sub-bab pelengkap. Sub-bab pelengkap sendiri di antaranya:
Pertama, mengenali keadaan-keadaan orang yang telah memenuhi seruan dan kelembutan-kelembutan yang ditunjukkan Allah kepada mereka. Juga termasuk mengenali perilaku orang-orang yang menyimpang dan menentang perintah Allah.
Kedua, cerita tentang keadaan-keadaan orang yang menolak dan mengungkapkan kekurangan dan kebodohan mereka dengan menentang dan menghujat Allah swt.
Ketiga, mengenal keramaian di persinggahan jalan menuju Allah, serta mengetahui bagaimana mengambil bekal, memanfaatkan kemampuan, melakukan persiapan untuk di kehidupannya kelak. (hal. 11-12)
Inilah enam tujuan mulia yang terkandung dalam Alquran. Namun kita dapat memahaminya secara garis besar bahwa substansi kandungan Alquran menurut Imam al-Ghazali adalah untuk mengenalkan makhluk pada Sang Penciptnya, memberitahukan tentang sifat-sifat-Nya, dan tindakan-Nya. Inilah yang disebut al-Kibrit al-Ahmar (belerang/permata merah). (hal. 10)
Imam al-Ghazali mengajak kita para pembacanya untuk merenungi lebih dalam makna surah Al-Fatihah. Menurutnya jika kita merenunginya maka kita akan mendapatkan dan menemukan kandungan yang sangat dari surah tersebut.
Bagi Imam Ghazali setidaknya ada delapan point yang dapat ditemukan dari kandungan surat Al-Fatihah, yaitu:
Pertama, Dzat Allah. Kedua, sifat-sifat Allah. Ketiga, perbutan-perbuatan Allah. Keempat, akhirat. Kelima, Jalan yang lurus beserta dua aspeknya, yaitu meyucikan jiwa dan menghiasinya.
Keenam, penyebutan kenikmatan untuk para kekasih-Nya. Ketujuh, murka Allah kepada para musuh-Nya. Kedelapan, balasan akhirat. (hal. 54)
Selain itu menurut Imam Ghazali, Al-Fatihah tidak hanya sebagai surat pembuka Alquran saja, melainkan ia juga merupakan kunci pembuka surga.
Karya Imam Ghazali ini, layak dan cocok untuk dibaca bagi orang yang ingin memulai memahami kandungan Alquran. Sebab di dalam karyanya tersebut, kita akan diperkenalkan dan diperlihatkan beberapa rahasia dan ilmu Alquran serta apa saja yang akan kita dapatkan setelah memahaminya.
WaAllahu ‘Alam.