Banyak kalangan Ulama yang menyatakan bahwa KH Chamim Jazuli atau yang dikenal Gus Miek sudah terlihat kewaliannya sejak masih dalam kandungan, di antaranya adalah KH. Mubasyir Mundzir (Bandar-Kediri) yang merupakan sahabat sekaligus guru Gus Miek, begitu KH. Dalhar (Watucongol) yang kelak menjadi guru Gus Miek.
Bahkan ayahanda Gus Miek, KH. Djazuli justru boso kepada Gus Miek, satu hal yang tidak pernah dilakukannya kepada anaknya yang lain. Hal ini karena keluasan pandangan KH. Djazuli yang memandang bahwa anaknya memiliki derajat yang lebih tinggi di mata Allah ketimbang dirinya.
Menurut salah seorang ulama dari Madura jika dilihat dari segi usia, KH. Djazuli lebih tua dari Gus Miek (karena beliau adalah ayah Gus Miek), tapi dari segi keilmuan, Gus Miek tampak lebih tua. Sebelum wafat, KH. Djazuli mengakui bahwa sudah terlihat tanda-tanda kewalian putranya yaitu tampak sejak lahir.
Gus Miek yang hobi sekali melihat orang memancing. Pernah suatu ketika dengan ditemani salah satu santri Ploso nyundik ikan di sungai Brantas yang berada tepat di belakang Pondok Pesantren Ploso.
Gus Miek yang masih kecil tiba-tiba tenggelam dan membuat santri yang menemaninya itu panik bukan kepalang. Dicarinya di sepanjang sungai, Gus Miek belum juga ketemu.
Akhirnya, terpaksa santri itu melapor kepada KH. Djazuli bahwa Gus Miek tenggelam dan dia belum bisa menemukannya. Si santri pun mendapat kemarahan KH. Djazuli dan disuruhnya mencari Gus Miek lagi.
Kembali ke sungai, Gus Miek ternyata sudah berada di tepi sungai dalam keadaan normal seperti sebelumnya. Saat ditanya dari mana saja dia, Gus Miek menjawab; tadi dibawa Nabi Khidir ke dalam sungai. Wallahu a’lam. (MZN)
*Kisah ini dikutip dari Ilham Chabibur Rochman dan Susilawati dalam buku Hikayat Ulama Nusantara, (Bogor: Guepedia, 2020), hlm. 57-58.