Sejak zaman dahulu, orang Arab memang sudah hidup berdampingan dengan syair atau puisi. Bahkan sejak zaman jahiliyah sudah ada tokoh-tokoh penyair andalan mereka yang mempunyai syair paling indah, yang biasa dijuluki sebagai tujuh muallaqat.
Dinamakan muallaqat, sebab syair-syair terbaik yang ditulis oleh 7 penyair terhebat pada waktu itu digantungkan atau ditempelkan di Ka’bah. Sebagai wujud apresiasi dan kebanggaan.
Tidak hanya berhenti di situ, perkembangan syair di dunia Arab juga senantiasa mengalami kemajuan dan perubahan. Mulai dari tema-tema yang semakin meluas, hingga gaya bahasanya yang semakin modern.
Jika dahulu syair dibuat biasanya hanya sebatas untuk memuji kaum atau raja, kini tujuan menulis syair semakin beragam. Bahkan salah satunya sebagai bentuk hadiah ataupun sebagai bentuk ekspresi untuk mengenang sesuatu. Salah satu contohnya adalah penyair mahjar yang berasal dari negeri Yaman, yaitu Sholeh bin Ali Alhamid.
Dahulu, Sholeh bin Ali Alhamid pernah menuliskan sebuah syair yang terdiri dari 50 bait. Ia menuliskannya dalam rangka mengenang kemerdekaan Indonesia. Pada waktu ia menulis syair itu memang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus, yaitu hari yang diperingati sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Ia memang bukan orang Indonesia. Tanah kelahirannya adalah Yaman. Sosok penyair yang juga seorang ulama serta ahli sejarah ini dahulu pernah singgah dan tinggal di Indonesia, sebab dia memang memiliki beberapa kerabat dan leluhur yang ada di Indonesia.
Dari sinilah asal muasal ia menjadi mengenal dan tahu Indonesia bahkan jatuh hati dengan negeri yang penduduknya mayoritas Muslim ini.
Dalam puisinya, ia mencurahkan segala rasa cintanya dengan Indonesia. Bayangkan saja, ia yang notabenenya bukan pribumi asli, memiliki rasa cinta dan nasionalisme begitu tinggi dengan Indonesia.
Hal ini tercermin dalam beberapa penggalan bait syairnya;
Wahai negeri kebanggaan orang Timur, yang diciptakan Tuhan sebagai surga dunia
Ciptaan Tuhan yang jika dinampakkan keindahannya niscaya semuanya akan terungkap jelas
Semua hal yang memberikan inspirasi puitis di setiap taman, air, bukit, dan gunungnya
Jangan hujat aku jika aku memuliakannya, dan sudah menjadi tanggung jawabku dengan Tuhan untuk menjaganya jika ada yang merusaknya
Semua keindahan dan pemandangan itu menggerakkan jiwa beserta ragaku
Sebegitu besar cintanya dengan Indonesia sangat jelas terlihat dari beberapa penggalan bait syair tadi. Harusnya kita bercermin dan malu dengannya jika kita tidak memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
Dari sini kita belajar, paling tidak belajar akan rasa nasionalisme dari sosok Sholeh bin Ali Alhamid dengan caranya memuliakan dan menjunjung tinggi Indonesia. Sebagaimana tertulis dalam bait-bait syairnya.
Selain mengajarkan nasionalisme dalam syairnya, Sholeh juga menyampaikan beberapa nasihat-nasihat lainnya. Salah satunya adalah yang tertulis dalam bait-baitnya berikut ini:
Pakailah cara yang ramah dan damai jika memungkinkan, bila tidak baru pakailah jalan kekerasan
Waspadalah terhadap masa, bangun dan berlarilah karena ada pepatah yang berpesan agar waspada terhadap masa
Dalam bait-baitnya tadi, Sholeh ingin menyampaikan sebuah pesan. Paling tidak ada poin penting di sana. Yang pertama adalah anjuran agar selalu mengedepankan sikap ramah dan jalan damai dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada.
Sebab Indonesia sejatinya adalah negara yang mempunyai karakter ramah serta cinta damai, bukan negara yang memiliki emosional tinggi dan arogan. Oleh karena itu selalu kedepankanlah ramah dan cara damai sebelum berbuat arogan dengan emosional.
Pesan yang kedua adalah agar senantiasa tidak tertipu oleh waktu. Manfaatkanlah waktu yang sekarang ada, tidak perlu menunggu esok dan menunda-menunda. Karena sebagaimana kata pepatah, “Waktu bagai pedang, jika kamu tidak menggunakannya dengan baik maka dia yang akan memotongmu”.
Sholih juga menuliskan tentang arti pentingnya menjaga sebuah kesatuan dan persatuan. Hal ini tertuang dalam bait-baitnya berikut ini;
Ketika bangsa sudah bersatu, maka yang jauh pun akan terasa menjadi dekat dan yang susah kan jadi mudah
Dan ketika cita sudah berkumpul, maka segala perselisihan dan penderitaan bisa disingkirkan
Kita tahu, Indonesia adalah negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau dan membentang dari ujung Sabang hingga Merauke. Jika bukan karena menjaga rasa persatuan dan kesatuan, bukan tidak mungkin negara ini akan hancur terpecah belah.
Oleh karenanya menjaga rasa persatuan dan kesatuan merupakan komponen utama sebagai penjaga keutuhan negara kita. Sebagaimana yang sudah dijelaskan Sholeh dan bait-bait syairnya tadi, bahwa dengan rasa persatuan dan kesatuan maka jarak sejauh apa pun tidak akan bisa mempengaruhinya. Dengan persatuan pula segala permasalahan akan dapat diselesaikan.
Demikianlah beberapa pesan maupun nasihat yang terkandung dalam syair Sholih bin Ali Alhamid. Tentunya nasihat-nasihat ini bisa menjadi bahan refleksi kita dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia di tahun ini. Jayalah Indonesia! Merdeka!