Kiat-Kiat Menjadi Suami Idaman-Puncak dari kebahagiaan seorang istri ialah ketika mendapat suami idaman. Bukan yang kaya, bukan yang tampan, bukan pula yang memiliki jabatan. Tapi ialah seorang laki-laki yang bisa memberi kebahagian dunia dan akhirat yang kakal abadi.
Dalam sebuah pernikahan, seorang suami bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Bagaimana sebuah keluarga bisa bahagia jika suami tidak bisa memimpin keluarganya? Oleh karena itu, suami idaman adalah seorang yang bisa menghadirkan keadaan yang menyenangkan dan menentramkan bagi keluarganya sehingga mampu membawa mereka ke surga yang dijanjikan Allah Swt.
Berikut kiat-kiat menjadi suami idaman yang saya sarikan dari buku berjudul Aku Memilihmu karena Allah karya Zein Abdulah.
Inilah amanah pertama yang diberikan istri pada suami. Istri, dalam perjalanannya sebagai ibu rumah tangga tidak bisa dipungkiri akan melakukan kesalahan yang berimbas pada perpecahan keluarga. Untuk itu, suami harus membimbing istri agar selalu di jalan yang benar.
Di antara yang bisa dilakukan suami untuk membimbing istri adalah meneguhkan keyakinan hatinya, memupukkan rasa percaya diri, menguatkan keimanan pada Allah Swt, dan memberi dorongan pada istri agar selalu istiqamah dalam agama-Nya.
Seoarang suami wajib menafkahi keluarganya dari rezeki yang halal. Tentu bukan sesuatu perkara yang mudah. Tapi, jika menafkahi dari sesuatu yang haram, maka jurang neraka akan terbuka lebar. Dan efek yang paling fatal, akan mulai bermunculan masalah-masalah baru sehingga bisa mengantar keluarganya ke ambang perpecahan. Itulah yang sering dikatakan sebagai hilangnya sakinah dalam sebuah keluarga.
Para suami harus selalu waspada terhadap sesuatu yang masih bersifat subhat (masih samar-samar hukumnya). Alangkah baik, jika menghindari perkara yang subhat demi keberkahan dalam sebuah keluarga.
Dalam bahtera rumah tangga, kejujuran merupakan komitmen fundamental yang harus dipegang oleh setiap pasangan. Kejujuran menjadi tali perekat rumah tangga dalam berbagai isu dan fitnah yang terus bergulir. Bagaimana pun juga, setiap keluarga yang dijalankan berdasar prinsip kejujuran dengan pasti akan menghantarkan pada kebahagiaan. Sebaliknya, keluarga yang dijalankan tanpa prinsip kejujuran, secara cepat atau lambat pasti akan sampai pada titik kehancuran.
Dalam kehidupan, sudah begitu banyak contoh kehancuran hidup seseorang, kehancuran kekuasaan dan peradaban, atau kehancuran sebuah bangsa karena tidak adanya landasan kejujuran dalam setiap langkah perbuatannya.
Dalam Surah al-‘Ashr ayat 2-3 Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, serta saling memberi nasihat dalam kebenaran, dan saling memberi nasihat dalam menetapi kesabaran.”
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia sangat rugi besar jika dalam hidupnya tidak diisi dengan amal-amal saleh. Pertanyaannya, manusia sebagai makhluk sosial, siapakah mitra utama yang harus diajak dalam melakuakan kebaikan? Tentu, jawabannya adalah orang-orang terdekat kita. Siapa lagi kalau bukan istri, anak, atau keluarga kita.
Jika semua anggota keluarga sudah terbiasa kerja sama dalam kebaikan, maka akan berbuih manisnya hubungan keluarga dan ketentraman hati pada setiap anggotanya.
Siapa sih istri yang tidak mau diperhatikan oleh suami? Ketika sudah terjadi akad nikah antara suami dan istri, maka menjadi kewajiban suami untuk perhatian terhadap istri, baik yang bersifat lahir ataupun batin.Islam memberi catatan tegas tetang pentingnya memberikan perhatian kepada istri.
Memberikan perhatian kepada pasangan hidup merupakan suatu yang penting dalam mewujudkan keluarga yang sakinah. Karena, pada dasarnya setiap orang senang jika mendapat perhatian, apalagi dari seorang yang dicintai. Bahkan istri bisa curiga jika suaminya tidak mencintainya lagi karena tidak lagi perhatian padanya.
Seperti yang kita tahu, Allah Swt. menciptakan manusia berpasang-pasangan agar saling melengkapi. Jika seorang istri sangat emosional dan tempramental, maka dikasihlah baginya suami yang penyabar. Inilah peran utama seorang suami, mengerti terhadap perasaan istri dan bersikap sabar atas kelakukan buruknya.
Menurut Hujjatul Islam, Al-Ghazali, hak-hak suami terhadap istri tidak akan terwujud tanpa adanya akhlak yang baik. Berakhlak baik terhadap istri bukan hanya tidak menyakitinya, tapi juga bersabar atas keluh kesah dan kemarahannya.
Suami bisa dikatakan sebagai teman curhat dan tukar pendapat oleh istri. Oleh karena itu, musyawarah menjadi kunci dalam penyelesaian setiap masalah, apalagi masalah vital yang berkaitan erat dengan keluarga.
Bisa dibayangkan, jika setiap pengambilan keputusan tidak menggunakan musyawarah, maka akan ada anggota keluarga yang tidak setuju dengan keputusannya dan merasa sakit hati, yang akan menimbulkan masalah baru bagi keluarga.
Musyawarah keluarga harus melibatkan semua anggota yang terkait, agar tidak ada yang merasa diabaikan. Di dalam musyawarah, setiap risiko, baik-buruk, atau untung rugi bisa dibicarakan bersama, sehingga bisa menghasilan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu, jadikanlah musyawarah sebagai kebiasaan baik dalam keluarga.