Alkisah, suatu hari Khalifah Harun Ar-Rasyid marah besar terhadap Abu Nawas. Karena saking marahnya, sang khalifah berinisiatif ingin mempermalukan Abu Nawas dan membalaskan dendam kemarahannya. Khalifah pun memanggil sebagian panglima-panglimanya dan memerintahkan ke mereka untuk membuang air besar di tempat tidur Abu Nawas. Mereka pun menaatinya.
Ketika mereka pergi ke rumah Abu Nawas, ternyata Abu Nawas sedang tidur, dan yang menjamu mereka adalah istrinya.
“Bangunkan dia! Kami ke sini membawa perintah dari Amirul Mu’minin,” sahut salah satu panglima yang menuntun perintah khalifah tersebut kepada istri Abu Nawas.
Dengan sigap istri Abu Nawas langsung masuk ke rumah dan membangunkannya, serta memberitahu bahwa ada beberapa panglima yang datang membawa perintah dari khalifah.
“Persilakan mereka masuk,” perintah Abu Nawas kepada istrinya.
Ketika mereka masuk, Abu Nawas bertanya, “Ada maksud apa ini ramai-ramai datang ke rumah saya?”
“Hei Abu Nawas! Kami telah diperintah oleh Amirul Mu’minin untuk mengotori tempat tidur mu dengan kotoran kami,” jelas Sang Panglima dengan tegas, “Khalifah marah besar kepada mu.”
Abu Nawas terdiam, lalu bertanya “Dengan kotoran air besar atau air kecil?”
“Dengan kotoran air besar,” sahut salah satu panglima.
“Baiklah, silakan! Lakukan apa yang khalifah perintahkan,” jawab Abu Nawas. “Tapi dengan satu syarat.”
“Apa syaratnya?”
“Tunggu sebentar.”
Abu Nawas masuk ke kamarnya dan mengambil tongkat besar, lalu Abu Nawas menatap satu-satu mata mereka dengan mata cerdiknya seraya berkata,”Silakan kalian buang air besar di tempat tidur saya, dengan syarat, tidak boleh ada yang buang air kecil di tempat tidur saya. Barang siapa yang buang air kecil di tempat tidur saya maka sama saja ia membangkang perintah khalifah, dan siapa yang membangkang perintah khalifah aku akan pukul kemaluan nya dengan tongkat ini.”
Para panglima tersebut terdiam. Mereka pun pulang dan menghadap ke Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk melaporkan apa yang dikatakan Abu Nawas.
“Wahai paduka Khalifah!”
“Bagaimana ekspedisinya?” tanya Sang Khalifah.
“Kami telah mendatangi Abu Nawas untuk melaksanakan perintahmu, tetapi ketika kami mau melaksanakan perintahmu, Abu Nawas mempersilakan kami tapi dengan memberi syarat.”
“Apa syaratnya?”
“Bahwa yang boleh dibuang adalah hanya kotoran air besar, tidak boleh air kecil, bagaimana mungkin kami bisa buang air besar tanpa buang air kecil?”
“Hhahahahahaha”
Khalifah hanya bisa tertawa dan menggeleng-geleng kepala atas apa yang diperbuat oleh Abu Nawas. Lalu khalifah Harun Ar-Rasyid memerintahkan ajudannya untuk mengirimkan hadiah atas kelakuan yang telah diperbuat oleh Abu Nawas.
Diambil dari kitab Abu Nawas Fi Nawadirihi wa Ba’dhaa Qashaidihi.
Artikel ini juga tersedia dalam bahasa:
English