“Baru saja kita membaca burdah, karya yang disusun oleh salah satu kekasih Allah yaitu Al Imam Al Bushiri.” Kata Habib Achmad al Habsyi dalam Majelis Burdah Masjid Kamaluddin Yogyakarta (30/05/2022).
Habib Achmad al Habsyi mengisahkan bahwa Imam al-Bushiri pernah menderita suatu penyakit lumpuh setengah atau stroke. Ketika menderita stroke, beliau memiliki niatan menyusun puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Tujuannya agar mendapat kesembuhan dari Allah.
Akhirnya disusunlah puji-pujian itu. Sebelum tidur, Imam al Bushiri bersholawat kepada Rasulullah Saw. Kemudian, dalam tidurnya, beliau mimpi bertemu nabi. Di dalam mimpi itu nabi memberi kabar gembira bahwa beliau akan diberi kesembuhan oleh Allah.
Nabi juga memberinya hadiah berupah burdah. Burdah adalah kain tebal yang diselendangkan di pundak atau disebut sorban.
Bangun dari tidur, Imam al Bushiri seakan-akan tidak sedang menderita sakit sebelumnya. Habib Achmad al Habsyi menjelaskan bahwa apa yang dialami Imam al-Bushiri ini seperti orang yang tidak sakit sebelumnya. Bukan orang yang sakit kemudian diberi kesembuhan.
Sebenarnya Imam al-Bushiri akan menyusun puji-puian kepada Nabi Muhammad yang diberi judul al bur’ah yang artinya kesembuhan. Tetapi karena dalam mimpinya mendapat hadiah burdah dari nabi, maka syair-syair itu diberi nama Al-Burdah sebagai bentuk penghormatan terhadap burdah-nya Nabi Muhammad.
Imam al-Bushiri memiliki nama asli Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Said bin Hammad bin Muhsin bin Abdullah bin Shonhaj bin Hilal as-Shonhaji al-Bushiri. Beliau lahir 1 Syawal 608 H di Dallaz, salah satu perkampungan di dataran tinggi Mesir.
Kata Bushiri dinisbatkan kepada salah satu orang tuanya yang berasal dari daerah Bushir, Mesir. Sedangkan kata Shonhaji merupakan nama kabilah suku barbar yang bertempat tinggal di gurun pasir sebelah barat Maghrib Aqha (sekarang Maroko).
Habib Achmad Al Habsyi menjelaskan bahwa keutamaan sholawat kepada Nabi Muhammad itu sungguh luar biasa. Keutamaan bersholawat kepada Nabi Muhammad dalam kitab Shirabul Miski disebutkan ulama bersepakat bahwa amal perbuatan manusia ada yang diterima ( مِنْهَا مَقْبُوْلاً) yaitu orang yang beramal dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunananya. Ada juga yang ditolak (مِنْهَا مَرْدُوْدًا) oleh Allah yaitu orang yang beramal bukan karena Allah dan amal yang dilaksanakan tanpa ilmu.
Di antara amal-amal yang diterima dan ditolak, terdapat satu pengecualian. Para ulama sepakat bahwa amal yang dikecualikan adalah bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw. Ada syair orang sholeh:
Senantiasalah bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw
Maka diterimanya sholawat dengan pasti tanpa keraguan
Amal kita di antara diterima dan ditolak oleh Allah Swt
Kecuali bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw
Orang beramal dengan ikhlas semata-mata karena Allah maka bukan hanya diterima saja tetapi juga langgeng. Imam al-Bushiri dengan keikhlasan dan kecintaannya kepada Allah dan Nabi Muhammad, maka tidak mengherankan jika karyanya tetap dibaca hingga saat ini. Meskipun beliau sudah wafat ratusan tahun yang lalu.
Sumber: Pengajian Habib Achmad Al Habsyi di Masjid Kamaluddin Yogyakarta (30 Mei 2022) https://youtu.be/ntX3zL-yNDE