Kaum muslimin pasti sudah tidak asing mendengar nama Anas bin Malik. Sahabat yang melayani keperluan Rasulullah dan telah meriwayatkan banyak hadis. Beliau lahir dari rahim seorang wanita tangguh yang telah menginspirasi banyak wanita terutama dalam hal menjaga kehormatan. Dia adalah Ummu Sulaim binti Milhan.
Ada satu kisah menarik dari Ummu Sulaim yang kukuh menolak lamaran seorang pria tampan, gagah, berwibawa, kaya raya, dan menjadi dambaan para wanita pada zamannya. Apa alasan Ummu Sulaim menolak lamaran pria yang melamarnya berkali-kali tersebut? Mari kita baca kisahnya.
Ummu Sulaim binti Milhan merupakan wanita dari kalangan Anshar yang segera meyakini Islam. Ia membimbing putranya, Anas bin Malik agar segera memeluk Islam dan kelak menjadi pelayan Rasulullah. Sedangkan suami pertamanya, Malik bin Nadhr marah tatkala mengetahui istrinya telah memeluk agama Islam. Ia pun meninggalkannya hingga kabar tewasnya sampai kepada Ummu Sulaim.
Abu Thalhah, pemuda yang didambakan pemudi kota Madinah, datang melamar Ummu Sulaim. Abu Thalhah merupakan pria yang tampan, kuat, berwibawa, dan kaya raya. Siapa yang hendak menolak lamaran pria seperti Abu Thalhah? Ternyata ada. Dia adalah Ummu Sulaim binti Milhan.
Walaupun Abu Thalhah menawarkan mahar yang tinggi, Ummu Sulaim tetap menolaknya karena ia masih musyrik. Bagaimana bisa seorang wanita muslimah menikah dengan pria yang tidak meyakini bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya? Bagaimana bisa tidak malu bila Ummu Sulaim menerima seorang pria yang menyembah kayu sebagai tuhannya?
Abu Thalhah terkejut ketika wanita yang dilamarnya tersebut tetap kukuh pada pendiriannya meskipun Abu Thalhah telah menawarkan mahar tinggi serta kehidupan mewah. Karena keteguhan hati yang dimilikinya, Abu Thalhah semakin tertarik kepada Ummu Sulaim. Kedudukannya semakin terhormat di mata Abu Thalhah.
Sebenarnya, Ummu Sulaim sendiri menyadari pria tampan dan kuat yang melamarnya ini tidak mungkin ditolak oleh para perempuan. Perkataannya terdapat dalam hadis riwayat Imam Nasa’i, volume 6 halaman 116, “Bab Menikah dengan Mahar Memeluk Islam”.
Ummu Sulaim dengan tegas berkata, “Wahai Abu Thalhah, demi Allah, orang seperti dirimu tak mungkin ditolak. Namun, kamu adalah orang yang masih kafir, sementara aku adalah wanita muslimah. Aku tak boleh menikah denganmu. Jikalau kamu mau memeluk Islam, maka itulah maharku. Aku tidak meminta yang lain darimu.”
Ketika banyak wanita yang menginginkan mahar emas dan perak, Ummu Sulaim tetap tidak silau dengan mahar tinggi yang ditawarkan Abu Thalhah. Yang ia inginkan hanyalah keislaman Abu Thalhah. Ummu Sulaim bahkan berdakwah kepadanya mengenai tuhan yang ia sembah.
“Bukankah Tuhan yang kamu sembah ini terbuat dari kayu? Ia dipahat oleh seorang budak dan ia bisa terbakar bila dibakar.”
Siapa sangka, kalimat Ummu Sulaim menjadi pukulan telak yang berhasil membawa Abu Thalhah memeluk Islam. Seakan tersadar bahwa tidak mungkin ada Tuhan yang terbakar oleh api dan hilang begitu saja.
Dengan segera Abu Thalhah mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat untuk memeluk agama Islam. Kebahagiaan memancar dalam diri Ummu Sulaim. Pria tangguh yang melamarnya ini telah ridha memeluk ajaran Rasulullah. Keislaman Abu Thalhah pun menjadi mahar bagi wanita yang ia cintai. Betapa berharganya iman daripada dunia yang menyilaukan.
Ummu Sulaim pun menerima lamaran Abu Thalhah lalu berkata kepada anaknya, Anas bin Malik, “Bangkitlah dan nikahkan Abu Thalhah!”
Pernikahan Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah pun sempurna dengan didatangkannya beberapa saksi. Masya Allah, betapa mulia mahar yang diterima Ummu Sulaim!
Kisah Ummu Sulaim yang menerima mahar keislaman Abu Thalhah telah mengajarkan banyak sekali hikmah kepada kaum muslimin, terkhusus para wanita muslimah.
Sikap sabar yang tak terkira ketika dirinya bersama anaknya ditinggal oleh sang suami dikarenakan telah mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah.
Keteguhan hati yang ia miliki saat dihadapkan dengan lamaran seorang pemuda tampan, kuat, dan kaya mampu membuktikan bahwa keimanan tak bisa ditukar dengan harta. Hal tersebut dibuktikan kala Abu Thalhah meninggikan maharnya agar bisa diterima Ummu Sulaim.
Wanita luar biasa ini pun telah berhasil membuat pria yang melamarnya keluar dari kemusyrikan menuju jalan lurus yang diridhai Allah, yakni Islam. Betapa besar ganjaran dari Allah baginya.
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.”(H.R. Bukhari)
Ummu Sulaim telah mengajarkan pula akan pentingnya memilih suami yang terbaik. Dibuktikan ketika Ummu Sulaim hanya menerima mahar keislaman Abu Thalhah bukan mahar tinggi berupa emas dan perak meski yang melamar dalam keadaan kafir.
Sumber Rujukan: Pribadi Muslimah Ideal, Muhammad Ali Al-Hasyimi (Amir Hamzah, Lc. (Translator))