Fihrist al-Ulum, yang biasa dikenal Al-Fihrist, merupakan sebuah karya bibliografi yang memuat katalog literatur yang terbit di dunia muslim. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama bernama Abu Al-Faraj Muhammad bin Ishaq Al-Baghdadi atau dikenal Ibnu Ishaq An-Nadim. Menurut beberapa riwayat, ia meninggal pada kisaran tahun 995 M.
Al-Fihrist pertama kali terbit pada tahun 938 M. Kitab bibliografi itu memuat judul buku, keterangan isi buku beserta ulasan kritis, pengarang berikut riwayat hidup serta karyanya. Kitab ini semakin menarik karena memuat pengklasifikasian buku sesuai bidang pembahasannya.
Karya Ibnu Ishaq An-Nadim ini merupakan cerminan kejayaan peradaban Islam kala itu di bidang ilmu pengetahuan, filsafat, bahasa, dan seni. Di samping karena Al-Fihrist menjadi indeks buku karangan orang-orang Arab hingga non-Arab yang menggunakan bahasa Arab.
Menurut S.I Poeradisastra dalam buku Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, kitab tebal itu memuat catatan lengkap mengenai karya-karya klasik Yunani, Persia, India, Qitbi dan Suryani. Karya klasik yang dicatat itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada zaman Dinasti Abbasiyah, terutama masa menjelang Khalifah Al-Watsiq.
Di antara karya-karya klasik terjemah peradaban non-Arab yakni karya Hippocrates (464-357 SM). Karya Hippocrates berbahasa Arab itu kemudian diterjemahkan ulang menjadi bahasa latin pada masa kebangkitan Eropa.
Selain itu, Al-Fihrist juga memuat buku berjudul Polites, yakni karya Plato yang diterjemahkan menjadi Kitab As-Siyasat oleh Hunayn bin Ishaq. Tujuh karya Plato dalam terjemahan dalam bahasa Arab juga masuk dalam katalog milik An-Nadim.
Bahkan, sekitar 18 karya Aristoteles terjemahan bahasa Arab juga terekam dalam Al-Fihrist. Termasuk berbagai kitab ulasan (syarh) terhadap karya Aristoteles tak luput dari catatan Al-Fihrist.
Adapun karya lain yang dicatat oleh Ibnu Ishaq An-Nadim yakni karya Euclides, Archimedes, dan Galenus. Semuanya juga telah diterjemahkan serta menjadi rujukan para ilmuwan Islam kala itu.
Selain dari peradaban Yunani, Al-Fihrist memuat karya terjemahan Persia seperti kitab Rustam wa Isfandiar, Kalilah wa Dimmah, Syahrazad wa Abarwiz, dan Sairi Muluk al-Parsi. Kurang lebih ada 16 karya lagi dari Persia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Sementara itu, karya peradaban India yang dimuat antara lain Sardi fi at-Thibb, Istankar Al-Jamik dan ada lebih 20 judul kitab lain.
Menurut keterangan Ali Audah dalam buku Dari Khazanah Dunia Islam, karya monumental An-Nadim menjadi pionir penulisan jenis kitab serupa. Di antara nama-nama ulama yang mengikuti jejaknya, seperti Abu Bakar Muhammad bin Khair bin Umar bin Khalifah yang dikenal dengan Ibnu Khair Al-Isybili.
Ibnu Khair hidup pada abad ke 12 berkisar tahun 1108-1179 M di Spanyol. Ia melakukan hal layaknya An-Nadim kerjakan, yakni mengumpulkan judul buku beserta pengarangnya hingga membuahkan kitab berjudul Fihrast (katalog).
Isi Fihrast meliputi seluruh judul buku dari 70 buah perpustakaan yang disediakan bagi golongan Intelektual Muslim saat itu di Spanyol. Kitab sejenis bibliografi lainnya adalah karya Musthafa bin Abdullah Hajji Al-Khalifah (1608-1658 M) yang berisikan kurang lebih 1500 judul buku. Kitab ini disusun menurut abjad seperti dituliskan Maneka Gandhi dan Ozair Husain dalam The Complete Book Muslim and Parsi Names.
Hanya saja, dari sederet jenis kitab serupa, bisa dibilang belum ada yang mampu menandingi ketenaran jerih payah An-Nadim. Selain karena sebagai kitab katalog berbahasa Arab pertama, Al-Fihrist berisikan 8.360 kitab dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu yang dihimpun dari 2.238 pengarang.
Sayangnya, konon pada tahun 1258 M saat tentara Mongol melakukan invasi besar-besaran ke Baghdad, sehingga berbagai perpustakaan yang menyimpan begitu banyak buku termasuk kitab Al-Fihrist ikut serta dimusnahkan.
Untungnya naskah tua dari bibliografi yang monumental itu masih terselamatkan keberadaannya. Kini arsip tersebut tersimpan di Perpustakaan Paris dan Leiden.
Baru pada tahun 1870-an oleh seorang orientalis bernama Jerman Gustav Leberecht Flügel (1802-1870 M) menerbitkan ulang Al-Fihrist dalam bahasa Jerman dengan judul Al-Fihrst: Die Anmerkungen und Indices enthaltend (Al-Fihrist: Berisi Catatan dan Indeks).
Saat ini peninggalan An-Nadim setidaknya masih dapat dikaji dalam bahasa Inggris. Melalui terjemahan Bayard Dodge terbitan Columbia University Press tahun 1970, Al-Fihrist diterbitkan ulang dengan judul Al-Fihrist: A 10th Century AD Survey of Islamic Culture.
Namun sayang, sebagian besar naskah Al-Fihrist yang terselamatkan hingga saat ini konon kurang sempurna dari naskah aslinya serta ada beberapa bagian yang hilang. Malah dalam edisi bahasa Inggrisnya yang semula naskah aslinya berisi 10 bab namun menjadi 12 bab.
Syahdan, walaupun demikian, membaca kitab Al-Fihrist kita seakan disajikan kemegahan peradaban Islam abad ke-10. Hal ini kemudian memaksa kita melakukan ‘dilatasi waktu’ melihat bagaimana gairah belajar yang tinggi dari para cendekiawan dan ilmuwan muslim saat itu.
Kegemilangan karya-karya yang dihasilkan mereka begitu banyak, penerjemahan karya berbagai peradaban sungguh dilakukan secara menawan. Betapa hebat khazanah intelektual Islam kala itu. Zaman di mana belum ada laptop dan internet namun karya-karya ulama begitu betebaran di mana-mana.
Al-Fihrist hanyalah satu dari sekian banyak peninggalan masa kegemilangan Islam yang memotret kekayaan Intelektual pada zamannya. Hal itu yang menyadarkan kita untuk menanamkan semangat belajar yang tinggi.
Di samping juga tidak membuat kita hanya berbangga diri karena peradaban Islam pernah menjadi mata rantai dalam peradaan dunia. Tetapi, membaca dan menulis adalah sebuah keniscayaan untuk kembali meraih kegemilangan itu. Tabik! Wallahu A’lam.