Di tengah peliknya kehidupan, persaingan dunia kerja yang semakin tinggi, kebutuhan hidup yang semakin banyak, pola konsumerisme yang tak tertahankan, menjadikan manusia sebagai makhluk yang ganas, tak berperasaaan serta miskin cinta dan kasih sayang. Baik cinta terhadap sesama manusia, cinta terhadap hewan, ataupun cinta terhadap lingkungan.
Seperti contoh, beberapa waktu lalu sempat viral dan menjadi bahan perbincangan video dokumenter berjudul Sexy Killers, terlepas dari pro dan kontra dari berbagai kalangan terhadap video ini, namun kita bisa lihat bagaimana ganas dan rakusnya manusia mengeruk alam, memporakporandakan tanpa menyiapkan untuk memperbaiki alam setelah itu.
Ruang hijau berkurang, sumber air menjadi jarang, beberapa bencana alam diakibatkan olehnya. Semakin nampak nyata Firman Allah Swt. yang menyatakan bahwa manusialah yang berbuat kerusakan di muka bumi ini (QS. Ar.Rum:41). Manusia tidak berperasaan terhadap alam, segala cara dilakukannya untuk memenuhi hasrat duniawi yang tidak akan ada puasnya.
Contoh berikutnya, pada kontestasi politik tahun ini sungguh nampak bahwa manusia hatinya kering dari kasih sayang. Banyak sekali pemberitaan yang menceritakan ketidakharmonisan sesama manusia hanya gara-gara berbeda pilihan politik.
Misalnya, di sebuah daerah sekelompok orang membongkar kuburan lama hanya gara-gara keluarga dari yang bersangkutan berbeda pilihan politik. Ada juga karpet mesjid yang dibongkar kembali, sesama anggota keluarga menjadi perang dingin, sesama sahabat saling blokir di media sosial, perang ujaran kebencian yang tak tertahankan di media sosial, dan cerita lain yang menampakkan betapa manusia krisis akan kasih sayang.
Melihat cerita-cerita tersebut, saya jadi teringat waktu di pondok dulu saat mengaji kitab Al-Mawaidz Al-Usfuriyah karangan Syeikh Muhammad bin Abu Bakr Al ‘Ushfury. Kitab yang berisi hadis-hadis pilihan disertai dengan kisah-kisah pendukung. Pada kitab tersebut, hadis pertama menceritakan tentang Anjuran Kasih Sayang Kepada Makhluk.
Dari Abdullah bin Umar RA berkata, Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang yang pengasih akan dikasihani Allah Sang Maha Pengasih, kasihanilah siapapun di bumi maka yang di langit akan mengasihimu.
Kemudian, sebuah kisah yang menyempurnakan isi hadis ini yaitu tentang kisah Umar ra., beliau membeli seekor burung dari seorang anak yang sedang menjadikan burung tersebut sebagai mainan, kemudian beliau melepaskan burung tersebut agar dapat hidup di alam bebas.
Ketika beliau wafat banyak yang melihat beliau dalam mimpi dan bertanya tentang keadaan “Apa yang Allah lakukan padamu?” beliau menjawab “Allah telah mengampuniku dan memaafkanku.”
Mereka kembali bertanya, “Dengan amal apa? Dengan kedermawananmu atau keadilanmu atau kezuhudanmu?”
Beliau menjawab, “Ketika kalian meletakkanku di dalam kubur, memendamku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian, datanglah kepadaku dua malaikat yang gagah hingga membuat akalku tak bisa berpikir dan persendianku gemetar karena kegagahannya, kedua malaikat itu membawaku, mendudukanku dan hendak menanyaiku, saat itu aku mendengar
“Tinggalkan hamba-Ku dan jangan kalian menakutinya karena Aku menyayanginya dan memaafkannya karena dia telah menyayangi seekor burung di dunia maka Aku menyayanginya di Akhirat”.
Dari hadis tersebut kita bisa mengambil pelajaran betapa pentingnya mengasihi seluruh cipataan Allah Swt., baik itu manusia, hewan maupun lingkungan. Bukankah manusia adalah wakil Allah di muka bumi? Jika begitu, tentulah kita harus menjadi cerminan Allah yang Maha Pengasih dengan cari mengasihi semesta alam beserta isinya. Wallahu a’lam.