Bogor – Instruktur Nasional program moderasi beragama Prof. Made Saihu mengatakan bahwa generasi muda harus memiliki karakter moderat dalam beragama serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Indonesia.
“Pemuda-pemuda yang berbudaya adalah mereka yang mampu memperlihatkan identitas kediriannya berdasarkan keluhuran dan kearifan lokal setempat,” ungkapnya Saihu di hadapan ratusan pelajar pada acara talkshow kepemimpinan Lentscape (Talent Camputre) 7.0 di Bogor, Kamis, (27/6) kemarin.
Talkshow ini merupakan kerja sama Direktorat Penerangan Agama Islam melalui Subdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam dengan OSIS SMAIT Ummul Quro, Bogor.
Menurut Saihu, sebagai kewajiban untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045, para pemuda harus memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif, inovatif, dan damai dalam interaksi sosialnya.
“Pemuda juga berkarakter yang kuat, sehat dan menyehatkan dalam interaksi dengan alamnya dan tentu saja berperadaban unggul berbasis keindonesiaan,” ujar Dosen Universitas PTIQ Jakarta ini.
Mengapa harus keindonesiaan, kata Saihu, karena selain tidak ada satu pun negara di dunia yang memiliki variabilitas kebudayaan dan keberagaman serta keberagamaan sebagaimana dimiliki Indonesia. “Kebudayaan Indonesia juga mampu menyatukan segala perbedaan yang ada,” sebutnya.
“Melalui kebudayaan, hal yang berbeda jangan dipaksa untuk sama dan yang sama jangan pernah dibeda-bedakan. Biarkan mereka menjadi seperti sebuah rajutan yang berwarna-warni tetapi untuk tetap satu jua,” tegas Saihu.
Pada kesempatan yang sama, influencer dan content creator Sherly Annavita Rahmirly mengungkapkan ada dua karakter yang dibutuhkan oleh pemuda menuju Indonesia Emas 2045. Pertama, integritas adalah sebagai karakter yang paling penting.
“Karakter integritas memang tidak dibentuk dalam satu hari dan justru dapat dimulai dari hal-hal kecil. Mulai dai kesempatan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, dan kita cenderung tidak mau,” ungkap selebgram yang memiliki followers mencapai 2 juta ini.
“Integritas harus dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Mulai dari di bangku sekolah, karakter integritas ini akan muncul dengan sendirinya dan akan terlihat dari pilihan-pilihan sikapnya nanti,” sambungnya.
Karakter kedua, lanjut dia, yang diperlukan generasi muda adalah resilience atau ketahanan. Ia mengakui bahwa generasi sekarang terbiasa dengan kecepatan, kemudahan, one click we can connect to thousand of peaople.
“Sekali klik melakukan pembayaran, barang dan jasa akan datang ke rumah kita, semua jadi gampang. Dan ini akhirnya membentuk mental serba gampang, gampang menyerah dan lain sebagainya,” pikirnya.
“Jadi, kita perlu menghargai proses itu menjadi penting. Caranya bagaimana? Nikmati prosesnya karena akan membentuk karakter kita ke depan,” pungkas Sherly.
Sementara itu, Kepala Subdit Seni, Budaya, dan Siaran Keagamaan Islam, Wida Sukmawati, menyampaikan bahwa talkshow kali ini mengangkat tema ‘Menciptakan Pemuda Pemudi Berkualitas dengan Multikulturalisme Menuju Indonesia Emas 2045’. Baginya, tema ini sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.
“Dengan menghargai dan memanfaatkan keragaman budaya yang ada, kita dapat menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas dan berkompeten, tetapi juga memiliki jiwa kebangsaan yang kuat dan mampu berkontribusi secara positif terhadap bangsa,” ungkap Wida.
Ia menerangkan, kegiatan ini tidak hanya menghadirkan talkshow inspiratif, tetapi juga menyelenggarakan lomba-lomba kesenian yang diikuti oleh sekolah di seluruh Indonesia.
“Bukan hanya itu penampilan seni tari, musik dan drama yang dibawakan oleh siswa-siswi SMAIT Ummul Quro Bogor berhasil menambah kemeriahan acara dan menunjukkan bakat serta kreativitas mereka. Kesenian yang ditampilkan mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang perlu terus dilestarikan,” pungkasnya. (mzn)