Pengasuh Pesantren Tahfidz Al-Qur’an LP3IA Rembang KH Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menceritakan tentang kisah-kisah ulama yang lebih memilih mengabdikan kepada ilmu daripada menggauli istrinya, salah satunya adalah ulama ahli Nahwu Imam Syibawaih.
Berikut keterangan Gus Baha :
Saya itu bersyukur sekali tidak pegatan (bercerai) dengan istri saya. Tidak tahu nanti ke depannya seperti apa, yang penting sekarang ngajar dan ngaji. Urusan masa depan terserah Allah, kita tidak pernah tahu.
Imam Syibawaih itu hobinya mengarang kitab. Beliau disebut dengan “Syibawaih” karena bau badannya seperti apel dan wajahnya ganteng sekali.
Baunya itu seperti apel, tidak seperti baumu… Hahaha
Semua perempuan di zaman itu tergila-gila dengan yang namanya Imam Syibawaih. Sudah ganteng, masih muda pula.
Ketika memasuki umur-umur produktif, sekitar 32-36 tahun, beliau ini alimnya luar biasa.
Suatu malam, istrinya itu sedang menunggu beliau untuk digauli, tapi Imam Syibawaih ini masih saja sibuk menulis kitab. Kitab ini dipindah ke kitab ini. Kitabnya sampai berjilid-jilid.
Karangan beliau ini judulnya cuma Al-Kitab. Padahal di Indonesia itu sama dengan Injil.
Wah sembrono Imam Syibawaih ini. Hahaha… Sebab beliau tidak hidup di Indonesia. Hehehe
Singkat cerita, istrinya tadi itu sudah berusaha PDKT dan merayu-rayu supaya bisa digauli, tapi beliau tetap saja begitu.
Padahal istrinya itu cantiknya luar biasa. Bener cantik, tidak seperti istrimu haha…. Istri sudah jelek, goreng tempe terus, tambah jelek. Hehehe
Lama-lama istrinya Imam Syibawaih ini berpikir, “Aku ini sampai dibiarkan gara-gara barang satu itu, mesti gara-gara Al-Kitab”.
Suatu saat di pagi hari, kertas milik Imam Syibawaih yang buat menulis itu habis. Akhirnya beliau pergi ke pasar.
Kalau sekarang kan di fotokopi ada banyak. Beliau tetap pergi ke pasar pasar zaman dahulu itu jauh.
Akhirnya, dibakarlah Kitab tadi oleh istri Imam Syibawaih.
Di benak istrinya tadi, “Yang menyibukkan dari dia sudah dihilangkan”. Maksud yang dihilangkan yaitu Kitab tadi.
Sepulang dari pasar, Imam Syibawaih bertanya ke istrinya, “Mana Kitabku?”
“Sudah aku bakar, gara-gara itu tak pernah mengurusku..!!”
Ternyata malah istrinya yang dicerai, hehehe..
Perkiraan si istri tadi Imam Syibawaih bakal milih dia, tapi ternyata Imam Syibawaih lebih mementingkan Kitab tadi dan memilih menceraikan istrinya.
Ulama zaman dahulu saking cintanya kepada ilmu, sampai-sampai mereka mencari kriteria istri yang bisa menopang ilmunya.
Sekarang tidak. Makanya ulama pada taqabballahu minna waminkum taqabbal ya karim. Susah, banyak orang alim yang ‘tuntas’ gara-gara satu hal tadi.
Aisyah, istri Nabi, termasuk istri dengan kriteria (mendukung perjuang suami). Saya heran sama Aisyah. Saya punya kitab Musnad Ahmad berjumlah 14 jilid.
Ada 1 jilid riwayatnya dari Aisyah semua. Dan anehnya, dalam 1 jilid yang hadis yang diceritakan Aisyah itu pasti yang sisi hukum, bukan kenangan dengan Nabi. (Muhammad Ulin Nuha)
Simak sumber video pengajian ini, klik >> “Gus Baha – Imam Syibawaih”