Ngaji Gus Baha – KH Bahaudin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha dalam suatu majelis ngaji menjelaskan dalam kitab Al-Hikam tidak ditemukan wiridannya Nabi yang menyebut “Aku”. Makanya kitab tersebut dinamakan Hikam. Sehingga orang yang paling tahu rahasia ikhlas itu Al-Hikam.
Semua wiridan yang diajarkan ke kita itu tidak ada yang menyebut “aku”, tidak ada wiridan Hamidtullah (حَمِدْتُ اللهَ) yang artinya “saya memuji Allah”, tetapi langsung Alhamdulillah (اَلْحَمْدُ لِلَّهِ) yang artinya “segala puji bagi Allah”.
Wirid tasbih juga demikian سبحانك اللهم وبحمدك, tidak ada Nabi mengajari Sabbahtullah (سَبَّحْتُ الله) yang artinya “Saya menyucikan/mengagungkan Allah”. Mengapa begitu? Karena, kalau kamu menyebut حَمِدْتُ اللهَ “saya memuji” rawan sifat ‘ujub. Pokoknya kalau menyebut-nyebut diri sendiri itu rawan ‘ujub (sombong).
Makanya agama mengajari kita itu tidak menyebut “saya”. Sehingga istilah ini dikenalkan oleh kitab Hikam dengan nama maqom (level) fana’, yaitu tidak pernah menyebut “saya” (atas nama pribadi).
Jadi, kalau ingat Allah langsung membaca سبحان الله و الحمدلله ولا اله الا الله والله اكبر (Subhallah walhamdulillah wa la ilaha illallah). Kecuali masalah kejelekan, kita malah disuruh menyebut Astaghfirullahal ‘adhim (اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم) yang berarti “saya banyak dosa, maafkan saya Gusti”. Ini yang benar, kalau masalah keburukan, harus akui “saya”. (M. Zidni Nafi’)