Ragam Manuskrip Pengobatan Kuno Koleksi Museum Lampung “Ruwa Jurai”
Naskah kuno atau manuscript merupakan teks tertulis yang mengandung berbagai pemikiran, pengetahuan, adat istiadat, dan perilaku masyarakat masa lalu. Salah satu upaya pelestarian warisan budaya bangsa tersebut adalah melalui penelitian yang mendalam, baik melakukan inventarisasi maupun kajian isi teks naskah kuno tersebut yang tentu berguna bagi kehidupan keagamaan dan budaya. Tulisan ini akan membicarakan khazanah naskah kuno pengobatan di Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai yang belum pernah dibahas.
Tulisan ini berupaya mengangkat berbagai khazanah naskah kuno pengobatan yang terdapat di Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai. Naskah kuno tersebut selama ini belum tersentuh kalangan akademis untuk dikaji lebih lanjut. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi mengenai naskah-naskah kuno pengobatan yang ada di Museum Ruwa Jurai. Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para filolog, pengkaji naskah kuno, dan pemerhati kesehatan mengenai khazanah naskah-naskah kuno pengobatan yang ada di Museum Ruwa Jurai bahkan bisa menjadikannya bahan rujukan dan kajian selanjutnya.
Metodologi Penelitian
Dalam pemaparan tulisan ini, penulis menggunakan metode filologi, berupa inventarisasi dan pemerian atau deskripsi naskah kuno dengan menggunakan teori kodikologi (Mulyadi, 1994; 38-41, Mu’jizah & Maria Indra Rukmi, 1998), berupa pemberian kode dan nomor naskah, judul naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, pemilik, jenis alas naskah, kondisi fisik naskah, penjilidan, jumlah halaman, jumlah baris pada setiap halaman, panjang dan lebar halaman naskah dalam sentimeter, panjang dan lebar teks dalam sentimeter, huruf dan bahasa yang digunakan, ringkasan isi, serta catatan-catatan lain yang dianggap perlu. Penting untuk diketahui bahwa butir-butir di atas hanya dapat diperikan secara maksimal pada naskah yang diketahui secara utuh bentuk fisiknya.
Temuan Penelitian
Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai memiliki dan menyimpan 34 buah naskah kuno yang masuk dalam kategori filologika. Dari 34 koleksi tersebut, media tulis atau alas naskah yang digunakan berbeda-beda yaitu bahan kulit kayu halim, kertas daluang, daun lontar, batang bambu dan tanduk kerbau.
Klasifikasi naskah koleksi museum ini berdasarkan aksara terdiri atas aksara Lampung kuno sebanyak 28 naskah, aksara Arab sebanyak 3 buah naskah dan aksara Bali kuno sebanyak 1 buah naskah. Adapun klasifikasi naskah berdasarkan bahasa, naskah-naskah tersebut menggunakan bahasa Lampung kuno, Melayu, Arab, Banten, Jawa kuno, Batak, dan Bali. Tak jarang ditemui satu naskah yang di dalamnya menggunakan lebih dari satu bahasa dan menguraikan isi yang berbeda.
Naskah-Naskah Kuno Pengobatan Koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, terdapat tiga naskah kuno koleksi Museum Provinsi Lampung Ruwa Jurai yang membahas tentang pengobatan. Salah satu di antaranya yakni Naskah Memang Tolak Bala yang dibuat dari bahan kayu Halim yang terdiri dari dua muka. Naskah muka A berisi memang jahat untuk menghancurkan masa depan seorang gadis agar tidak atau lama mendapatkan jodoh dan gadis itu menjadi malu karena tidak mendapatkan jodoh. Adapun naskah muka B berisi memang untuk mengobati penyakit perut dan doa, serta memang untuk melindungi diri.
Petikan Awal Teks :
Transliterasi Teks
“Bukhik abang jakham kikhi tunggal panta kabelah kakhut bakhuga tapak sekin bukhung dinang. Bulu tumi yang belah khandang bebet tunggal sakhanjau minyak-minyak khua campang si bujang tan pucat mati. Syala daha jiha ja… pa mata darama kala yang bebet tunggal pasag di tuwohi bulu halam lesungni suh bedeg di batu liet bulu bunga bulu timiyang mati. Si layang si pahak batu si guling tihang bulu tumiyang mati. Sukhaja muncah si suh khaja nawa. Tabuah belah khandang ci pai luwakh saawan anggan dipa sakhanjau si tuwohan kala babingkeng hada yang in ……”
Terjemahan Teks
“Bukhik (sejenis setan) merah selalu berpikir menjerumuskan orang ke arah kiri, sebagai kendaraannya adalah suara burung atau ayam bekisar, ayam ini mempunyai jalu/taji yang tajam seperti pisau. Bulu temiang (bulu yang gatal pada bambu? Berbelah-belah yang banyak satu-satu menancap di bagian dubur di kedua belah bagian dubur hingga membuat si bujang pucat seperti mati. Saya yang sengaja membuat … permata hilang mukjizatnya dan musnah. Satu-satu pasak (kemaluan laki-laki milikku). Ditumbuhi bulu hitam, lesungnya (kemaluan wanita). Gatalah (bedeg = bedik = cacing kermi pada liang dubur), sibatu liyet (klitoris wanita). Bulu bunga (panau) bulu gatal membuat mati. Dia (jejaka) mempunyai pahat yang kuat seperti batu tegak, seperti tiang berbulu gatal yang mati. Sukhaja (kemaluan laki-laki) mengeluarkan air mani/ sperma yang menjadi raja binatang. Tawon yang gatal bubar beterbangan ke awan biasanya menuju tempat yang penting ditumbuhi/ disenangi sebangsa bulu yang keriting Cuma yang ….”
Petikan Akhir Teks :
Transliterasi Teks
“Inji memang dikedai tiayit tunggangan kunjekh. Akunkah khasullah aku tahu di Allah li taala li di yah di .. tula buyu diyam dihulu kembung kehulu ni saikaliyan jangkakh maka da a mula manjadi gelung.”
Terjemahan Teks
“Ini memang sakit perut karena makanan yang dilarang/pantang kemudian dilarang. Caranya diurutkan di perut dengan menggunakan kunyit. Bacaannya ; akullah Rasulullah, aku tahu di Allah Ta’ala lidiyahi … bulu yang tinggal di kepala/yang tumbuh di kepala membesar ke hulunya sekalian jangkar (sejenis setan). Maka dari itu (setan tadi asal mulanya cacing).”
Informasi Tambahan
Naskah kulit kayu ini banyak menggunakan pepatah, kata kiasan, dan bahasa rahasia (bahasa taki), serta lambang-lambang khusus yang merupakan ciri khas masyarakat masa lampau. Bahasa rahasia atau lambang-lambang biasa digunakan dengan tujuan agar pihak lain tidak terlalu mudah mengetahui maksud tulisan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, di dalam naskah kuno koleksi Museum Negeri Provinsi Lampung Ruwa Jurai terdapat pemaparan tentang pengobatan. Naskah kuno ini berisi teks tentang pengobatan yang ditulis di atas alas naskah berupa kulit kayu halim. Menurut informasi dari masyarakat, kayu halim merupakan kayu yang berasal dari pohon gaharu dan ada di Provinsi Lampung. Ditinjau dari segi aksara dan bahasa yang digunakan, teks dalam naskah ini menggunakan aksara asli Lampung yaitu Had Lampung dan bahasa Lampung.
Naskah kuno dengan nomor inventaris 2921 terdiri atas muka A dan muka B. Isi naskah muka B berupa memang untuk pengobatan penyakit perut. Di dalamnya dijelaskan juga metode pengobatannya yaitu dengan cara diurutkan di perut pasien menggunakan kunyit sembari dibacakan kalimat mantra “akullah Rasulullah, aku tahu di Allah ta’ala lidiyahi … bulu yang tinggal di kepala/yang tumbuh di kepala membesar ke hulunya sekalian jangkar”. (RMF)
Tulisan ini adalah rangkuman dari diseminasi penelitian As. Rakhmad Idris (Kantor Bahasa Provinsi Lampung), Zulkarnain Yani (Balai Litbang Agama Jakarta), Lisa Misliani (Kantor Bahasa Provinsi Lampung) yang diterbitkan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Gambar ilustrasi: @kawantrip_lampung