KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir pada 4 Agustus 1940 atau versi lainnya yakni 7 September 1940. Gus Dur merupakan Presiden Republik Indonesia ke-4 yang menjabat pada tahun 1999, selain juga pernah menjadi Ketua Umum PBNU dalam beberapa periode.
Gus Dur wafat pada 20 Desember 2009 dalam usia 69 tahun. Kepulangan Gus Dur kembali ke pangkuan Tuhan menjadi duka mendalam bagi masyarakat, sebab sosok yang disebut sebagai guru bangsa ini telah memberikan banyak jasa bagi bangsa Indonesia. Ia dimakamkan di kompleks pemakaman Tebuireng Jombang, berdampingan makan para keluarganya yang lain.
Kecintaan masyarakat kepada Gus Dur tidak berhenti meski sudah meninggal dunia. Hal itu bisa dilihat dari antusiasnya masyarakat menziarahi makam Gus Dur. Per hari tidak kurang 3000 orang datang ke Tebuireng untuk mendoakan cucu pendiri organisasi Nahdlatul Ulama itu.
Tidak sedikit yang bertanya, apa rahasia di balik sosok Gus Dur sehingga makamnya diziarahi ribuan orang per hari?
Pimpinan Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun Cirebon KH Husein Muhammad suatu ketika pernah ditanyai seorang tamu yang datang menemui di kediamannya. Tamu tersebur bertanya tentang fenomena makam Gus Dur yang tak pernah sepi peziarah.
Kiai Husain mengungkapkan bahwa Gus Dur adalah orang Indonesia yang namanya masih terus disebut-sebut dan didoakan banyak sekali orang sejak ia pulang. Tempat istirahnya tiap hari dijunjungi tidak kurang dari 3000 orang sampai sekarang.
“Mereka bersimpuh di depan pusara itu sambil memohon kepada Allah agar mencurahkan kasih sayang (rahmat) untuk Gus Dur,” terang KH Husein Muhammad melalui akun Facebook pribadinya pada Rabu (12/08).
Pikiran-pikiran Gus Dur, kata Kiai Husein, masih ditulis, didiskusikan, diseminarkan, dan dikagumi banyak orang hingga saat ini. Baginya, Gus Dur adalah wali ke 10, bahkan dirinya tidak meragukan kewalian Gus Dur.
Mengdengar jawaban itu, tamu tadi lalu memotong pembicaraan Kiai yang merupakan salah satu sahabat dekat Gus Dur. “Nah, bagaimana Gus Dur bisa demikian, Kiai?” tanya seorang tamu.
Tiba-tiba Kiai Husein terdiam, lalu mengingat-ingat dan merenung perkataan adiknya yang di Jombang tentang sebuah hadits Qudsi yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ : إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ ، قَالَ : فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ، ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ : إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ ،
“Jika Allah mencintai hamba-Nya, Dia memanggil Jibril lalu mengatakan: ‘Aku mencintai si A. Maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya.’ Kemudian dia menyampaikan kepada para penghuni langit: ‘Allah mencintai si A. Maka cintailah dia. Para penghuni langit itu pun mencintainya. Lalu dia pun dicintai para penghuni bumi’.”
Menurut Kiai Husein, soal mengapa dan bagaimana bisa Gus Dur diziarahi beribu orang adalah Cinta. Gus Dur mencintai manusia dengan tulus. Melayani dan menggembirakan hati mereka yang luka. Itu rahasianya.
“Para wali yang diziarahi juga demikian. Gus Dur besar sendiri meski andai pun tak jadi presiden, lebih besar dari Presiden,” pungkas Kiai Husein menjawab rasa penasaran tamunya tentang sosok Gus Dur. (M. Zidni Nafi’)