IQRA.ID, Semarang – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengingatkan kepada Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) agar memfasilitasi program-program yang memberikan kemaslahatan untuk seluruh pesantren di Indonesia, termasuk pesantren putri di bawah NU.
“RMI bertugas membuat dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang memenuhi hajat yang ada di dalam NU termasuk hajat dan aspirasi dari pesantren putri, atau aspirasi dari para bu nyai sejauh dalam fungsinya untuk mengelola pesantren,” katanya saat memberi sambutan dalam pembukaan Silaturahmi Nasional Bu Nyai Nusantara yang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah Senin (7/11/2022).
Gus Yahya, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa aspirasi perempuan pesantren saat ini perlu menjadi perhatian pengurus RMINU.
“Aspirasi tersebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan kebijakan oleh RMI. Karena tugas RMI adalah memperhatikan aspirasi di lingkungan NU,” jelas Gus Yahya dalam sambutannya melalui tayangan video berdurasi 15 menit yang diputar dalam pembukaan Silatnas ke-3 Bu Nyai Nusantara itu.
Ia menerangkan, lembaga-lembaga termasuk RMI adalah lembaga di dalam struktur perkumpulan Nahdlatul Ulama. Karena bukan banom, ia menilai fungsi RMI mengikuti fungsi dari organisasi NU.
“RMI adalah lembaga yang statusnya berada di dalam NU. Organisasi NU memiliki struktur ganda yakni struktur organisasi NU, dan struktur banom dan juga lembaga-lembaga sebagai bagian penggerak dari struktur organisasi NU,” terangnya.
“Perlu mendudukkan fungsi agar NU sebagai jam’iyah dan organisasi dapat berfungsi secara efektif dan konstruktif dalam masyarakat terutama dalam melayani hajat dan aspirasi jamaah NU yang besar,” sambung Gus Yahya.
Menurut dia, PBNU disibukkan dalam upaya membangun desain sistem nasional dari berbagai sektor aktivitas. Terkait dengan lembaga dan banom-banom, PBNU telah membuat suatu skema bahwa organisasi NU termasuk lembaganya berfungsi untuk mengelola dan menetapkan kebijakan baik berupa regulasi maupun agenda-agenda haluan atau model kegiatan secara keseluruhan.
“Kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi NU akan dijalankan dengan menggerakkan tenaga-tenaga kader yang ada di dalam banom NU. Maka termasuk juga RMI berfungsi menetapkan kebijakan-kebijakan yang punya 2 elemen yakni menyangkut regulasi dan aturan,” ujarnya.
Pemetaan Masalah di Pesantren
Nyai Hj Umdah el-Baroroh, salah satu panitia, di sela acara mengungkapkan bahwa RMI PWNU Jateng telah proaktif memfasilitasi acara silaturrahim Bu Nyai Nusantara.
Kegiatan ini, kata dia, merupakan media penjaringan dan pemetaan masalah-masalah di pesantren, khususnya pesantren putri. Dari permasalahan itu akan dirumuskan strategi dan aksi penanganan terhadap masalah tersebut dengan baik.
“Isu-isu penting yang diangkat dalam pertemuan silaturrahim tersebut antara lain tentang pentingnya sinergi gerakan perempuan pesantren dalam membangun peradaban dunia,” ujar Pengasuh Pesantren Mansajul Ulum Cebolek, Margoyoso, Pati ini.
“Lalu, peran perempuan pesantren dalam penanganan kekerasan seksual yang terintegrasi di pesantren. Kemudian, peran perempuan pesantren dalam mewujudkan perdamaian dunia,” pungkasnya.
Silaturahmi Nasional Bu Nyai Nusantara yang digelar selama dua hari itu dihadiri oleh ratusan bu nyai dari bebagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, bahkan luar Jawa. (Afina Izzati/M. Zidni Nafi’)