Gema takbir berkumandang di seantero jagat raya. Semua umat Muslim di berbagai belahan dunia bersuka-cita melangitkan serangkaian bacaan takbir, tahlil, dan tahmid untuk menyambut hari raya Idul Fitri.
Bagaimana awal mula takbiran? Mengapa kalimat takbiran yang kita kenal sekarang berbunyi, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Laa ilaha Illallahu Wallahu Akbar. Allahu Akbar Walillahilhamd”?
Berikut adalah sejarah atau awal mula terciptanya kalimat takbiran yang biasa dikumandangkan oleh umat Muslim sedunia ketika menjelang hari raya ied.
Dalam kitab Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab an-Nafais karya Syaikh Abdurrahman ash-Shofuri as-Syafi’i, dikisahkan. Nabi Ibrahim as. lama tidak dikaruniai seorang anak. Ia kemudian mengucapkan nadzar kepada Allah Swt. bahwa apabila ia dikaruniai keturunan, maka ia akan mengorbankannya untuk Allah Swt.
Selang beberapa waktu, ternyata nadzar yang diucapkan Nabi Ibrahim as. tersebut diijabah oleh Allah SWT. Ia dikaruniai seorang putra dari istri keduanya, Siti Hajar.
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Q.S. ash-Shaffat [37]: 100).
Nabi Ibrahim as. berasal dari Babilonia (Irak). Istri pertama Nabi Ibrahim as. adalah Siti Sarah. Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Nabi Ibrahim as. dan Siti Sarah berpindah tempat, berjalan hingga ke Palestina.
Sebelum sampai ke Palestina, ketika di tengah perjalanan, ada seorang raja yang mana apabila ada perempuan lewat daerahnya, maka ia akan direbut oleh bala tentara raja tersebut untuk diserahkan kepada raja.
Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim as. berkata kepada Siti Sarah, “Jika saya ditanya oleh tentara, siapa yang berjalan bersamamu, maka saya akan menjawab dengan jawaban yang bohong. Saya akan mengatakan bahwa Sarah adalah adik saya.”
Namun hal itu tidak serta merta membuat Siti Sarah aman dari tawanan bala tentara raja. Sarah dibawa secara paksa oleh tentara kepada sang raja.
Sarah kemudian berdoa agar ia selamat dari gangguan orang kafir. Allah SWT memberikan pertolongan-Nya kepada Siti Sarah. Sarah diberikan keselematan dari paksaan raja.
Raja kemudian membebaskan Siti Sarah dan Nabi Ibrahim as., bahkan sang raja malah memberikan hadiah kepada Nabi Ibrahim as. berupa seorang istri yang bernama Siti Hajar. Sebelumnya Siti Hajar ikut kepada raja tersebut, namun akhirnya ia dibebaskan untuk dijadikan istri Nabi Ibrahim as.
Nabi Ibrahim as., Siti Sarah, dan Siti Hajar kemudian melanjutkan perjalanan ke Palestina. Setelah sampai di Palestina, istri yang dikaruniai keturunan terlebih dahulu adalah Siti Hajar.
Ketika usia kandungan Siti Hajar sudah besar, Nabi Ibrahim as. membawa Siti hajar pindah ke Makkah, di pinggir jurang dekat kakbah. Siti Hajar kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail.
“Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” (Q.S. ash-Shaffat [37]: 101)
Masih dalam kitab Nuzhat al-Majalis, diceritakan bahwa pada saat Nabi Ismail as. berusia tujuh tahun (sebagian ulama menyebutkan usia 13 tahun), Nabi Ibrahim as. baru ditagih nadzarnya oleh Allah Swt. Nabi Ibrahim as. memenuhi janjianya tersebut kepada Allah Swt. untuk menyembelih Nabi Ismail as. di Mina, tempatnya sekarang bernama Masjid Asy-Syef.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”( Q.S. ash-Shaffat [37]: 102).
Malaikat Jibril berkata, “Wahai, Ibrahim as. Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan engkau anugerah berupa kesabaran.”
Malaikan Jibril berkata kepada Nabi Ibrahim as. bahwa doa Nabi Ibrahim as. akan dikabulkan Allah SWT karena kesabarannya, “Berdoalah engkau kepada Allah, niscaya akan dikabulkan apa yang engkau minta.”
Maka Nabi Ibrahim as., menjawa (berdoa), “Ya Allah, janganlah engkau siksa satu pun umat Nabi Muhammad saw.”
Lalu setelah malaikat Jibril mendengarkan doa Nabi Ibrahim as., maka malaikat Jibril berkata, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”.
Lalu Nabi Ismail as., berucap, “Laa ilaaha Illahu Wallahu Akbar.”
Kemudian Nabi Ibrahim as., menimpali, “Allahu Akbar Walillahilhamd.”
Jadi, kalimat takbiran yang selama ini kita kenal tersusun pertama kali oleh Malaikat Jibril , kedua dilanjutkan oleh Nabi Ismail as., kemudian yang ketiga dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim as. Ketiga kalimat tersebut lalu digabungkan menjadi satu. Wallahu a’lam bis shawab.