Serba-Serbi MTQN ke-30: Inilah Perbedaan Seni Kaligrafi di Indonesia dengan Timur Tengah
Samarinda – Seni kaligrafi, yang dikenal sebagai seni rupa tulis dengan nilai estetika dan spiritual, berkembang dengan beragam gaya di berbagai belahan dunia. Ujang Badrussalam, Dewan Hakim Cabang Kaligrafi di Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Samarinda, mengungkapkan, perbedaan kaligrafi di Timur Tengah dan Indonesia sangat mencolok, terutama dalam pendekatan dan gaya penulisan.
Menurut Ujang, kaligrafi di Timur Tengah masih sangat tradisional dan mengikuti aturan yang ketat. “Di Timur Tengah, dalam event lomba, mereka umumnya menggunakan model-model kaligrafi yang baku dan murni,” ujarnya pada Kamis (12/9/2024) lalu.
Kaligrafi di kawasan Timur Tengah lebih konservatif karena dipengaruhi sejarah panjang yang erat kaitannya dengan budaya Islam dan Arab. Di sana, kaligrafi dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi, sehingga seniman mengikuti aturan penulisan yang sudah ada selama berabad-abad.
Sementara itu, di Indonesia, kaligrafi berkembang lebih bervariasi dan terbuka terhadap inovasi. “Kalau di Indonesia, ada juga kaligrafi murni, tapi kita juga melihat ada banyak variasi dalam bentuk dekorasi kontemporer dan bahkan kaligrafi digital,” kata Ujang.
Pendekatan yang lebih bebas dan kreatif di Indonesia ini mencerminkan pengaruh keragaman budaya dan perkembangan teknologi. Para seniman kaligrafi di Indonesia sering kali menggabungkan elemen tradisional dengan sentuhan modern, seperti penggunaan teknologi digital, yang membuat karya-karya mereka lebih segar dan inovatif.
Menurut Ujang, perbedaan pendekatan ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya masing-masing wilayah. “Kaligrafi di Timur Tengah lebih konservatif, sedangkan di Indonesia lebih variatif dan kreatif,” ungkapnya.
Dalam kompetisi, hal ini juga tercermin. Lomba kaligrafi di Timur Tengah lebih fokus pada penilaian ketepatan penulisan sesuai standar tradisional. Sedangkan di Indonesia, selain keindahan dan ketepatan, kreativitas dan inovasi dalam menyajikan karya juga menjadi faktor penilaian penting.
Meski begitu, Ujang menekankan bahwa kaligrafi di Indonesia yang lebih inovatif tetap menghargai tradisi. “Ada juga yang mengikuti gaya murni seperti dalam kaligrafi naskah klasik. Tradisi tetap menjadi bagian penting,” jelasnya.
Perbedaan utama antara kaligrafi di Timur Tengah dan Indonesia, menurut Ujang, terletak pada bagaimana kedua wilayah ini menyeimbangkan tradisi dan inovasi. Di Timur Tengah, seniman lebih cenderung mempertahankan gaya klasik yang ketat, sementara di Indonesia, para seniman lebih bebas untuk bereksplorasi dan menciptakan karya-karya baru yang menggabungkan unsur-unsur modern dan teknologi.
“Mungkin bisa dibilang, di Timur Tengah lebih konservatif, sementara di Indonesia lebih banyak ragam inovasi yang dikembangkan,” tutup Ujang.
Diketahui, MTQ Nasional ke-30 di Kalimantan Timur memperlombakan cabang Kaligrafi yang terdiri empat golongan, yaitu Naskah Al-Qur’an, Mushaf Al-Qur’an, Dekorasi Al-Qur’an, dan Kontemporer Al-Qur’an. Tahun ini, untuk pertama kalinya, MTQ Nasional memperlombakan golongan Seni Kaligrafi Digital yang dalam bentuk ekshibisi.