Acara Women Writer’s Conference (WWC) yang diselenggarakan kan oleh Mubadalah News di Cirebon menghadirkan banyak tokoh dan aktivis dari berbagai latar belakang pemikiran. Dalam salah satu diskusi, WWC menghadirkan Kiai Husein Muhammad dan dua pembicara dari Sisters in Islam Malaysia.
Dalam acara tersebut, Kiai Husein Muhammad menjelaskan tentang bagaimana Islam dengan sangat indah menuntun hidup manusia. Tanpa kekerasan, ancaman, ketidakadilan atau sikap merendahkan orang lain.
Sementara itu, Sisters in Islam, atau yang kerap di singkat SIS merupakan satu-satunya organisasi di Malaysia yang menggunakan kerangka berpikir Islam dalam menyuarakan isu-isu seputar perempuan.
Pembicara dari SIS tersebut menceritakan bagaimana penegakan hukum di Malaysia kerapkali sangat bias gender. Seseorang juga bisa dengan sangat mudah dipenjara.
Dalam satu kasus, misalnya, seorang perempuan dan laki-laki ditangkap karena meminum arak. Yang laki-laki bisa keluar dan bebas dari hukuman meminum arak. Sedangkan yang perempuan mendapat hukuman penjara. Tidak peduli bahwa ia telah meminta maaf dan sangat menyesali perbuatannya.
Seseorang juga bisa dipenjara karena tidak shalat Jum’at, karena menyerukan pendapat, dan masih banyak yang lainnya.
Organisasi SIS ini kemudian menjadi organisasi yang menggali kembali ayat-ayat agama yang seringkali disalahartikan maknanya, mengadvokasi pembuat Undang-Undang, menyuarakan pentingnya Hak Asasi Manusia hingga melakukan pendampingan terhadap korban kekerasan.
Jika di Indonesia hal-hal tersebut dilakukan oleh banyak organisasi dan lembaga, maka di Malaysia, semua dilakukan oleh SIS saja.
Saat ini, SIS juga sedang aktif menaikkan batas usia minimal perkawinan di Malaysia menjadi 18 tahun.
Semua mereka lakukan karena mereka yakin bahwa Islam adalah agama yang indah dan setiap orang berhak mendapatkan keadilan yang sewajarnya.
Kehadiran dua pembicara dari SIS ini disambut dengan hangat oleh para peserta WWC yang terdiri dari berbagai organisasi di Indonesia. Peserta menyimak dengan serius dan menanggapi dengan beragam pertanyaan.
Dua pembiacara dari SIS tersebut juga dihadiahi buku Qira’ah Mubadalah oleh pendiri Mubaadalah News, Faqihuddin Abdul Kodir. Acara diskusi kemudian ditutup dengan sesi foto bersama.