Nama Sultan Syarif Kasim II banyak diabadikan menjadi nama sejumlah tempat, misalnya nama bandara, nama kampus, dan nama jalan.
Jika demikian, berarti Sultan Syarif Kasim II adalah tokoh penting nasional. Sultan Syarif Kasim II merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional dari Riau. Sang Sultan lahir di pusat Kerajaan Siak Sri Indrapura, 11 Jumadil Awal 1310 H bertepatan dengan 1 Desember 1893. Selain itu, Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan ke-12 dari Kesultanan Siak.
Penulis tidak sedang berfokus pada biografi dari Sultan Syarif Kasim II, namun akan lebih menginformasikan perihal sikap nasionalis sang Sultan yang patut kita teladani di era sekarang ini.
Dalam buku Sultan Syarif Kasim II (Pahlawan Nasional) yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud 2018, ada beberapa catatan penting ihwal nasionalisme sang Sultan. Beberapa sikap nasionalis itu di antaranya;
Pertama, Kesultanan Siak menjadi bagian dari Republik Indonesia. Tak lama setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, Sultan Syarif Kasim II mengirimkan telegram kepada Soekarno-Hatta yang berisi pernyataan bahwa Kesultanan Siak adalah bagian dari wilayah RI.
Kesultanan Siak mencakup pesisir timur Sumatera, Semenanjung Malaka, dan di daratan hingga ke Deli Serdang, Sumatera Utara.
Kedua, menyerahkan harta 13 juta gulden. Tidak hanya berkirim telegram untuk mendukung kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi Sultan juga menyerahkan harta pribadinya senilai 13 juta gulden. Sultan sangat memahami sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia membutuhkan banyak dukungan, baik moral maupun materi. 13 juta gulden jika dirupiahkan lebih kurang sekitar Rp. 1.074 Triliun.
Ketiga, mengajak raja-raja di Sumatera Timur memihak Republik Indonesia. Semangat nasionalisme lain yang ditunjukkan Sultan Syarif Kasim II adalah ketika revolusi pecah adalah ketika Sultan Syarif Kasim II mengajak raja-raja di Sumatera Timur untuk turut mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.
Keempat, membentuk KNI, TKR, dan BPI. Untuk memperkuat barisan dukungan kepada Republik Indonesia, pada Oktober 1945 Sultan Syarif Kasim II membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) di Siak, yang dipimpin Dr. Tobing. Dia lalu membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Barisan Pemuda Indonesia (BPI).
Kelima, memberikan 30% kekayaan kepada RI. Demi perjuangan dan semangat nasionalisme, pada Oktober 1949 Sultan Syarif Kasim II langsung menemui Presiden Republik Indonesia di Yogyakarta untuk kembali menyerahkan 30 persen kekayaannya berupa emas. Dukungan ini sangat berarti bagi Indonesia yang baru saja merdeka.
Terakhir, menyumbang bahan makanan. Pada saat revolusi sosial terjadi di Sumatera Timur tahun 1946, Sultan Syarif Kasim II berangkat ke Medan dan Aceh. Ia menyuplai bahan makanan untuk para laskar. Selain itu, sultan berangkat ke Aceh untuk menyumbangkan tenaganya membantu pemerintah. Melalui siaran radio, Sultan Syarif Kasim II terus menghimbau agar rakyat setia kepada pemerintah Republik Indonesia.
Itulah tadi beberapa sikap ihwal nasionalisme Sultan Syarif Kasim II yang patut kita teladani dalam mengisi kemerdekaan Indonesia kiwari ini. Semoga bermanfaat.