Para ahli mengungkapkan beragam pandangan mengenai penciptaan manusia yang masih menimbulkan perdebatan. Salah satu teori ternama mengenai asal-usul manusia dicetuskan oleh Charles Darwin (1809-1882) yang mengklaim bahwa manusia bukan saja dekat dengan binatang mengenai susunannya, melainkan juga berasal dari binatang. Teori ini kemudian didukung oleh dunia keilmuan biologi yang membuktikan kebenaran adanya suatu evolusi dalam tumbuhan dan binatang.
Sulit rasanya untuk menerima bahwa manusia juga berasal dari evolusi binatang tersebut. Ditambah lagi, agama juga memberikan penjelasan yang komprehensif melalui kitab-kitab suci mereka mengenai penciptaan manusia. Tidak ada penjelasan tentang evolusi manusia yang berasal dari binatang di dalamnya.
Maurice Bucaille dalam bukunya Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Alquran, dan Sains (1992) menyebut bahwa Bibel merupakan kitab suci pertama dari agama monoestik yang memberikan data tentang asal-usul manusia. Alquran sebagai kitab suci yang datang setelahnya kemudian tidak lupa memberikan gambaran tentang asal muasal manusia. Penciptaan manusia yang dijelaskan dalam Alquran pada mulanya diterima oleh umat Muslim sebagai sesuatu yang berasal dari Tuhan dan diyakini sebagaimana adanya.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pola kritis manusia itu sendiri, telah banyak kajian mendalam yang mengungkap kebenaran dari penjelasan Alquran tentang penciptaan manusia. Hal ini menunjukkan adanya kesungguhan umat Muslim untuk semakin menguasai ilmu pengetahuan beriringan dengan pemahaman terhadap Alquran secara baik.
Jika dilihat, Alquran banyak menjelaskan ayat-ayat tentang penciptaan Adam as. yang dianggap sebagai manusia pertama di dunia ini. Di satu ayat menyatakan Allah menyebut bahwa manusia tercipta dari nafs wahidah yaitu Adam as., sebagai bapak manusia dalam QS. az-Zumar 6, selanjutnya Alquran menyebut bahwa Adam tercipta dari tanah sebagaimana QS. Shad 71-72, sementara ayat QS. Ath Thariq 5-7 menjelaskan penciptaan manusia dari air mani yang dipancarkan. Lantas sebenarnya dari apa Adam as. dan manusia seluruhnya tercipta?
Dikutip dalam buku karya Nadiyah Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Alquran (2013), sifat-sifat manusia itu beraneka ragam berdasarkan sifat-sifat tanah. Keturunan Adam as. terlahir serupa dengan ragam dan jenis tanah itu sendiri. Di antara kita ada yang berkepribadian lembut seperti tanah yang subur. Adapula yang memiliki kepribadian yang sulit bahkan keras kepala, seperti tanah yang kering yang tak dapat menumbuhkan tanaman dan tidak mengandung air.
Sifat-sifat manusia tersebut bermacam-macam sesuai dengan sifat-sifat tanah yang menjadi bahan penciptaan Adam as. Selanjutnya Ada yang berkulit putih, ada pula yang hitam dan merah warnanya beragam seperti warna-warna tanah.
Tabiat manusia juga mencerminkan contoh sifat-sifat tanah, karena Allah mengambil satu genggam tanah yang diambil dari seluruh macam tanah untuk menciptakan Adam as.
Kembali pada teori Darwin, bahwa manusia bukan saja dekat kepada binatang mengenai strukturnya melainkan juga berasal dari binatang-binatang, demikian halnya dengan kera. Melalui kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dilakukan, akhirnya organisme berubah secara turun temurun dan jadilah manusia. Dari sinilah Darwin sehingga mengklaim bahwa manusia berasal dari kera.
Bila kita menganalisa teori Darwin, teori ini lebih dapat diterapkan kepada warna-warna ulat dan binatang serangga semacamnya yang mengalami perubahan sesuai dengan warna daun-daun. Hal ini sesuai dengan dunia keilmuan biologi yang menjelaskan kebenaran teori evolusi dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan binatang. Namun apakah teori ini dapat diterapkan pada manusia?
Penerapan teori ini tidak dapat diterapkan pada manusia karena manusia sekarang ini berasal dari jenis homo sapiens yang sudah tidak mengalami lagi evolusi semenjak 100.000 abad yang lalu. Jika teori ini benar, seharusnya manusia terus mengalami evolusi hingga saat ini.
Bantahan teori ini juga datang dari pemahaman ulama berdasar pada pemahaman terhadap Alquran surah al-Baqarah ayat 30. Sebelum terciptanya nabi Adam sebagai nenek moyang manusia, telah ada makhluk lain yang mendiami bumi ini. Mereka saling menumpahkan darah di antara mereka sendiri yang menyebabkan mereka punah dan habis. Itulah sebabnya Allah menciptakan Nabi Adam as. untuk mengganti mereka lalu mendiami dan memakmurkan bumi.
Ada pula pendapat bahwa manusia adalah keturunan Adam as. (bani Adam) sebagaimana banyak ayat Alquran menyebut demikian. Adam as. bukanlah hasil evolusi dari makhluk sejenis kera, dengan dalih bahwa Alquran memanggil Nabi Adam as. dengan huruf nida’ (ya Adam) serta penggunaan kata ganti tunggal (anta) bukan kata ganti jama’ (antum).
Pada akhirnya, Alquran memang bukan sepenuhnya kitab ilmu pengetahuan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalamnya terdapat isyarat-isyarat atau pesan-pesan moral yang penting untuk mengembangkan beragam ilmu pengetahuan. Kajian Alquran yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan dapat diterima asalkan tidak ada pemaksaan terhadap ayat-ayat Alquran dan tidak memaksa diri secara berlebihan untuk menangkap makna-makna ilmiah dari ayat tersebut.
Wallahu A’lam.