Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu dalam mengagungkan waktu dan memanfaatkannya. Bahkan hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang unik. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Ubaid bin Ya’isy.
Ubaid bin Ya’isy sendiri merupakan sosok ulama besar dalam bidang hadis, yang mana banyak para ulama belajar dan berguru kepadanya. Di antaranya adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim, dua sosok ulama besar bidang hadis.
Sebagaimana para ulama besar lainnya, Ubaid bin Ya’isy tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ada dalam kehidupannya. Bahkan beliau selalu memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitabnya Qiymatuz Zaman Indal Ulama’, Ubaid bin Yaisy memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk menulis.
Bahkan untuk makan malam sekalipun, beliau disuapin oleh saudari perempuannya selama tiga puluh tahun supaya tidak memotong waktu dan aktifitasnya dalam menulis hadis.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ammar bin Raja’, bahwasanya dia mendengar Ubaid bin Ya’isy mengatakan; “aku tidak makan malam dengan tanganku sendiri, di mana saudari perempuankulah yang menyuapiku di setiap malam selama tiga puluh tahun, sementara aku terus menulis hadis.” Hal tersebut dilakukan supaya Ubaid bin Ya’isy tetap menulis, tanpa waktunya berkurang hanya untuk makan malam.
Bisa jadi, apa yang dilakukan oleh Ubaid bin Ya’isy tersebut supaya tetap fokus menulis dan meneliti hadis. Karena dalam menulis, biasanya ketika sebuah tulisan belum selesai lalu jeda untuk melakukan sesuatu, ide atau gagasan yang akan ditulis bisa jadi akan hilang.
Karena apa yang terlintas dalam pikiran jika tidak ditulis cepat hilang dan lupa, apalagi dalam mengkaji hadis yang membutuhkan ketelitian. Tentu hal tersebut membutuhkan konsentrasi yang sangat ekstra untuk melakukan penulisan hadis.
Apa yang dilakukan oleh Ubaid bin Ya’isy adalah bentuk rasa syukur terhadap nikmat waktu dan kesehatan yang dimilikinya, dengan memanfaatkannya sebaik mungkin salah satunya dengan berkarya. Karena di antara kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya adalah kenikmatan sehat dan waktu, yang jarang disyukuri oleh manusia. Sehingga banyak umat manusia melewatkan waktu yang ada dalam kehidupannya dengan sia-sia.
Sedangkan kenikmatan lainnya adalah nikmat ilmu, dan salah satu cara menikmati ilmu adalah mengikat ilmu tersebut dengan menuliskannya. Karena satu di antara kenikmatan hidup adalah bisa memanfaatkan waktu yang kita punya dengan sebaik mungkin. Sebab waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah juraganmu.
Oleh karena itulah, menghabiskan waktu dengan aktifitas menulis adalah salah satu bagian dari beribadah kepada Allah Swt. dan juga sebagai wujud untuk amal jariyah. Karena setiap tulisan pasti mempunyai manfaatnya masing-masing, sehingga akan membawa pahala bagi penulisnya. Apalagi jika dibaca oleh banyak orang, sebagaimana tulisan-tulisan ulama besar Islam terdahulu termasuk karya-karya Ubaid bin Ya’isy.
Sudah seharusnya seorang penuntut ilmu memiliki jiwa rakus untuk selalu belajar, senantiasa menekuninya di setiap waktu, baik malam maupun siang. Bahkan ketika bermukim maupun bepergian. Dan tidak boleh menyia-nyiakan sedikit pun waktunya untuk selain ilmu, kecuali karena terpaksa. Seperti untuk makan dan tidur yang tidak mungkin ditinggalkan. Begitu juga istirahat sejenak untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan, serta kebutuhan pokok lainnya.
Karena waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi selamanya, sehingga apa yang dicita-citakan juga telah sirna bersamanya. Dan jika itu terjadi, yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan dan waktu yang kita jalani saat ini, maka dari itu manfaatkanlah waktumu sebaik mungkin. Karena orang berakal adalah mereka yang memenuhi setiap menit dan detik perjalanan dengan berbagai hal yang baik dan bermanfaat.