5 Pendekatan Dakwah Masa Kini- Ngaji atau mendengarkan pengajian dan kajian tentang Islam adalah salah satu cara istilah yang sebenarnya populer di kalangan pesantren. Biasanya, ngaji dilakukan secara tradisional. Kiai membaca kitab, sementara santri mendengarkan dan mencatat beberapa keterangan yang penting.

Hemat saya, ngaji adalah salah satu bagian dari dakwah, sehingga dalam perjalanannya harus memahami politik dakwah dan tren dakwah. Dalam pengamatan saya, ada lima pendekatan dalam dakwah.

Da’i yang memakai pendekatan fiqih akan cenderung melihat sasaran dakwah dengan kacamata hukum; hitam-putih; halal-haram; muslim-kafir, dan sebagainya. Apabila ia tak paham etika dakwah, gaya dakwahnya bersifat mengejek, bukan mengajak; memukul bukan merangkul; marah dan tidak ramah.

Anda bisa menganalisa sendiri mana kelompok yang memakai pendekatan ini dalam dakwahnya. Kelompok ini walau jumlahnya minoritas, namun terkadang merasa paling nyunnah.

Dengan pendekatan ini, dai lebih bijak dalam memakai hukum fiqih. Ia melihat sasaran dakwah sebagai mahkluk Allah Swt., bahkan Allah Swt. sendiri, yang memiliki masa depan yang suci. Prinsip yang dipakai bahwa Setiap orang memiliki masa depan yang suci. Internalisasi syariat atau hukum fiqih dilakukan secara bertahap, melihat kesiapan pribadi sasaran dakwah.

Dalam komunitas seni, dai tidak bisa serta merta melakukan penerapan hukum fiqih kepada mereka. Pasti akan ditolak dengan keras. Lihat QS. As-Syuara 224-227. Para penyair dikritik, namun diberi pengecualian, yaitu bagi orang yang beriman dan beramal shaleh (syairnya berisi nilai-nilai Islam).

Sunan Kalijogo memakai pendekatan ini. Emha Ainun Najib nampaknya juga begitu. Gus Abdullah Sam dengan grup Jagong Maton-nya di pesantren rakyat juga memakai pendekatan ini. Dakwah model begini cocok untuk kalangan awam baik perkotaan dan pedesaan.

Setiap orang punya keahlian dan skill. Untuk mendekati orang lain (berdakwah), keahlian kita bisa dioptimalkan. Bagi yang ahli bidang ekonomi, bisa menggunakannya untuk menyisipkan nilai-nilai fiqih, seperti yang dilakukan Dr Muhammad Syafi’i Antonio dan Mas Ipho Santosa. Para dai pembawa Islam awal abad 14 M ke tanah air memilih untuk berdagang, sembari menyisipkan syariat Islam di dalam interaksinya dengan para pembeli.

Yang paling efektif dalam berdakwah adalah menggunakan tren masa kini. Mengapa mukjizat Nabi Musa berupa kekuatan bisa membelah lautan dan sebagainya? Mengapa mukjizat Nabi Isa terkait dengan kedokteran? Mengapa mukjizat Nabi berupa Alquran? Sebab, salah satu fungsi dari mukjizat sebagai alat untuk mendukung dakwah mengikuti tren saat itu.

Sebelum mengakhiri tulisan singkat saya, sekarang ini, tren kita adalah berbasis daring (online). Belanja online, transportasi online, kuliah online, ngaji online. Sehingga, apa yang dilakukan oleh kiai-kiai atau ustaz, seperti KH. Ahmad Mustofa Bisri (via twitter), Ulil Abshar Abdalla, Gus Baha  dan sebagainya adalah sebuah upaya dakwah yang berbasis tren.

Kita bisa mengaji kepada mereka di mana pun kita berada, dengan syarat Anda memiliki kuota dan menyimak konten pengajian mereka secara kritis. Wallahu’allam bishowwab.

Leave a Response