Pada Hari Kiamat kelak, seluruh makhluk akan dibangkitkan serta dikumpulkan oleh Allah. Pada hari pembalasan itu, mereka harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Pada waktu nanti, kondisi semua makhluk sibuk memikirkan dosa dan amal perbuatan masing-masing. Digambarkan juga pada saat itu cuaca sangat panas, hal ini dikarenakan matahari yang dulu jauh sekarang malah terasa sangat dekat.
Meskipun demikian, ada kabar baik dari Rasulullah Saw. Bahwa, terdapat tujuh (7) golongan yang mendapat naungan dari Allah kelak di Hari Kiamat. Berikut 7 golongan sebagaimana sabda Nabi dalam kitab Shahih Muslim (juz 3/h. 93):
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ. وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya :
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. bersabda, ‘Tujuh golongan yang Allah menaungi mereka di bawah naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Mereka adalah pemimpin (imam) yang adil, pemuda yang tumbuh seraya beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu melekat ke masjid, dua orang yang saling mencintai dimana mereka berkumpul dan berpisah karena Allah, laki-laki yang digoda (diminta) perempuan yang memiliki kedudukan serta berparas cantik namun ia berkata, ‘Sungguh aku takut kepada Allah’, seseorang yang bersedekah namun dia menyembunyikannya sampai tangan kanannya tidak mengetahui apa yang didermakan oleh tangan kirinya dan seseorang yang senantiasa mengingat Allah di saat sendirian sampai kedua matanya meneteskan air mata. (HR. Muslim)
Pertama, pemimpin (imam) yang adil. Golongan pertama yakni pemimpin yang menjalankan tugas dan kekuasaannya secara adil sehingga rakyat tidak terzalimi dan sejahtera.
Hal ini sesuai dengan kaidah fikih:
تَصَرُّفُ الْإِمَامِ عَلَى الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyat haruslah berpijak kepada kemaslahatan atau kesejahteraan rakyatnya” (Abdur Rahman as-Suyuti, al-Asybāh wa an-Nadhāir, h. 121)
Melalui kaidah ini, sudah jelas bahwa seorang pemimpin yang baik dan ideal adalah pemimpin yang dapat membuat rakyatnya sejahtera.
Kedua, pemuda yang tumbuh seiring beribadah kepada Allah Swt. Golongan kedua yakni pemuda yang menggunakan masa hidupnya untuk menjalankan perintah-Nya dan tidak melakukan hal-hal negatif yang dilarang oleh agama.
Ketiga, seseorang yang hatinya selalu terpaut ke masjid. Golongan ketiga adalah orang yang meramaikan masjid dengan shalat jamaah dan sebagainya, bukan dalam hal berlomba-lomba mempermegah masjid.
Keempat, dua orang yang saling mencintai dimana mereka berkumpul dan berpisah karena Allah. Golongan keempat ini adalah dua orang yang berkumpul dalam kebaikan, saling mencintai karena Allah hingga ajal memisahkan mereka.
Kelima, laki-laki yang digoda (diminta) untuk melakukan hal yang dilarang agama oleh perempuan yang memiliki kedudukan serta berparas cantik namun ia berkata, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
Golongan kelima ini adalah seorang laki-laki yang kuat imannya (menolak) ketika ada wanita berparas cantik mengajaknya berzina. Dalam hal ini laki-laki hebat tersebut sudah mencapai tingkatan ihsan dalam beragama, yakni selalu merasa diawasi oleh Allah dalam segala tindakannya.
Dalam kitab Shahih Bukhari (juz 1/ h. 19) disebutkan:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR. Bukhari)
Keenam, seseorang yang bersedekah namun dia menyembunyikannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang didermakan oleh tangan kirinya. Golongan keenam ini adalah seseorang yang mendermakan hartanya tanpa ada unsur pamer (riya).
Ketujuh, golongan terakhir yakni seseorang yang mengingat (zikir) Allah ketika sendirian sampai membuat kedua matanya menangis. Orang jenis ini berhak mendapat perlindungan Allah kelak karena pada saat kondisi sendirian orang lain terkadang sering melakukan hal-hal tercela (dilarang agama) sebab tidak ada yang mengawasi, namun orang ini malah mengingat Allah bahkan hingga meneteskan air mata.
Demikian tujuh (7) golongan yang mendapat naungan dari Allah kelak di Hari Kiamat. Semoga kita termasuk di antara tujuh golongan tersebut. Amin. Wallahu a’lam.