Ketika menjabat sebagai presiden, KH. Abdurrahman Wahid berkunjung ke Kuba. Di negeri itu, Gus Dur menghadiri KTT G-77 yang dihadiri oleh pejabat pemerintahan dari berbagai negara.
Nah, selepas acara inti KTT G-77, Gus Dur kembali ke hotel di sebuah kawasan di Havana untuk istirahat, sebelum bertolak ke Tokyo, Jepang, untuk safari diplomatik.
Kala itu, di tengah suasana santai, Gus Dur mendengarkan kisah-kisah wayang dari kaset koleksinya, dengan menggunakan head-phone. Gus Dur memang gemar menyimak kisah-kisah wayang, sejak beliau masih remaja.
Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri, sedang tertidur karena kelelahan. Sidang-sidang panjang dan beragam acara protokoler selama KTT G-77 tentu menguras tenaga dan pikiran. Tim Paspamres yang bertugas mengawal rombongan Presiden Wahid, juga sedang santai.
Tiba-tiba, Presiden Kuba, Fidel Casto datang ke hotel hendak bertemu Presiden Gus Dur. Sontak saja, Wahyu Muryadi, yang saat itu menjadi juru bicara presiden, langsung kalang kabut. Ia lari ke kamar hotel untuk membangunkan Alwi Shihab. Wahyu Muryadi, jurnalis senior Tempo, dikenal sebagai wartawan santri yang dekat dengan Gus Dur.
“Paspamres kaget. Soalnya saat itu, Fidel Castro memaksa masuk suit room Gus Dur. Aku lompat lari ke atas membangunkan Menlu Alwi Shihab yang tampak kelelahan,” kisah Wahyu Muryadi, jurnalis senior Tempo.
Gus Dur, yang mendengar kabar Fidel Casto mau datang, langsung bersiap-siap. Gus Dur memakai celana, namun tidak sempat pakai peci dan sepatu. Menemui Presiden Kuba, Gus Dur memakai sandal jepit.
“Saat itu Pak Fidel Castro memang datang ke hotel secara mendadak. Dia mengenakan baju coklat seperti seragam Pemda itu, tanpa topi,” kenang Wahyu Muryadi, sebagaimana dilansir Detik.com (5/01/2010).
Fidel Castro menenangkan Presiden Gus Dur, yang kaget karena kunjungan mendadak itu. “It’s okay Mr. President, dont be in a hurry,” Castro berkata kepada Gus Dur.
Lalu, keduanya berdiskusi tentang beberapa topik di sekitar KTT G-77 yang serius, selama hampir 30 menit. Selepas membahas hal-hal penting, Gus Dur dan Fidel Castro beradu lelucon.
Gus Dur menyampaikan lelucon tentang presiden-presiden Indonesia yang gila. Menurut Gus Dur, Presiden RI yang pertama gila wanita. Presiden kedua gila harta, sedangkan presiden ketiga, gila teknologi.
“Terus presiden keempat, coba tebak gila apa, Mr. Castro?” tanya Gus Dur kala itu. “I dont know,” jawab Castro.
“Kalau saya ini, orang yang memilih benar-benar gila,” seloroh Gus Dur. Sontak saja, Fidel Castro terpingkal-pingkal dengan banyolan ini.
Menyaksikan lelucon Gus Dur, dan reaksi Fidel Castro yang tertawa terpingkal, Wahyu Muryadi mengenang sebagai peristiwa yang tidak bisa terlupakan. “Ini benar-benar terjadi, karena saat itu saya dan Pak Alwi yang mendampingi Gus Dur.”
Di akhir pertemuan, Gus Dur mengundang Castro untuk berkunjung ke Indonesia. Castro menanggapi secara dingin, tidak menolak tapi juga tidak mengiyakan. Ia balas bertanya, apakah Indonesia akan siap menerima kemarahan Amerika Serikat karena kunjungan Presiden RI ke Kuba.
Gus Dur memastikan siap untuk berkomunikasi dengan pihak pemerintah AS, agar mengerti posisi Indonesia. “Jika kita ingin mempengaruhi seseorang, akan lebih baik jika ia mengerti posisi kita,” ungkap Gus Dur.
Fidel Castro memiliki banyak kenangan dengan Indonesia, khususnya persahabatannya dengan Soekarno dan KH. Abdurrahman Wahid. Dengan Soekarno, Castro punya kenangan indah, sebagai sesama pemimpin negara.
Soekarno merupakan presiden pertama yang melakukan lawatan diplomatik ke Kuba setelah revolusi. Pada kunjungan itu, Soekarno membahas tentang pentingnya persahabatan dan kerjasama kedua negara, untuk bersama-sama meningkatkan kesejahteraan serta perdamaian di kawasan internasional. Di akhir kunjungan, Soekarno menghadiahi Castro sebilah keris dan peci.
Relasi diplomatik antara Kuba dan Indonesia, secara resmi dimulai sejak 22 Januari 1960. Kedua negara ini menjadi penyokong utama Gerakan Non-Blok, yang saat itu sebagai gerakan politik internasional untuk memecahkan kebuntuan diplomatik antar negara, di tengah konflik yang meluas. Kuba dan Indonesia juga anggota aktif G-77, sebuah kelompok dari 134 negara berkembang yang bertujuan mempromosikan kepentingan kolektif anggotanya, juga sebagai kekuatan diplomatic untuk negosiasi di level internasional.
Indonesia dan Kuba memiliki kedekatan dalam negosiasi kepemimpinan, sebagaimana persahabatan Fidel Castro dengan Soekarno dan Gus Dur. Presiden Castro meninggal pada 25 November 2016, dalam usia 90 tahun. Pemimpin agung bagi rakyat Kuba, presiden legendaris yang mengguncang dunia.