IQRA.ID, Jakarta – KH Ahmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus menyampaikan pesan kepada warga NU (Nahdlatul Ulama) tentang bahaya virus corona (Covid-19). Virus ini, kata Gus Mus, bukanlah virus abal-abal. Jadi, warga NU harus percaya kepada dokter sebagai orang yang profesional di bidang kesehatan.
“Kalau tidak percaya dengan dokter dalam soal kesehatan, maka suruh membaca khittah Nahdlatul Ulama. Di sana jelas bahwa setiap khidmah dari NU disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian masing-masing,” tutur Gus Mus dalam tausiahnya saat mengisi Istighosah Online, Sabtu (18/07) lalu, dalam rangka harlah ke-2 Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU).
Musyatasar PBNU itu menerangkan, Nahdlatul Ulama harus bersyukur memiliki dokter-dokter NU, karena mereka selain secara profesional dituntut untuk berkhidmah kemanusiaan, tetapi juga dituntut dakwah. Hal itu sebab NU merupakan organisasi yang bergerak di bidang juga.
“Dakwahnya ke mana? Di samping menjadi garda terdepan untuk menangani pandemi ini, sekarang ini saatnya dokter-dokter berdakwah. Mendakwahi orang-orang NU-lah minimal, termasuk kiai-kiainya yang merasa pandemi ini adalah wabah abal-abal, karena yang tahu abal-abal atau bukan adalah para dokter,” seru Gus Mus dalam acara yang disiarkan secara daring oleh 164 Channel.
Gus Mus menyinggung soal bahaya virus corona sebab sampai hari ini masih ada sebagian orang yang menganggap biasa virus tersebut. Padahal sudah beredar banyak berita tentang dokter yang meninggal dunia. Bahkan, beberapa kiai juga mengalami nasib yang sama sebab terjangkit virus tersebut.
“Kalau kita bilang ini takdir, masa NU diajak-ajak ngomong soal takdir? Itu kuno sekali. Orang NU sudah tahu takdir, hifdhunnafsi (menjaga nyawa, red) juga sudah tahu, wajibnya ikhtiar juga tahu. Tetapi, tidak semua tahu adalah soal kesehatan, yang tahu adalah ahlinya saja,” terang Gus Mus.
“Idza wusidal-amru ila ghairi ahlihi fantadziris-sa’ah, kalau kita balik bahwa kita harus menempatkan sesuatu kepada yang mestinya memang di situ. Jadi, kalau kita berbicara soal kesehatan, ya memang dokter, bukan dukun, bukan ustadz! Apalagi bukan pikiran sendiri,” sambung pengasuh Pesantren Roudlotut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Gus Mus mengapresiasi peran para dokter sebagai orang yang berada digaris depan untuk menangani pandemi corona. Duka mendalam dirasakan oleh Gus Mus sebab banyak dokter yang syahid saat berjuang mengobati para pasien.
“Saya selalu menangis kalau melihat berita tentang dokter dan kiai-kiai yang wafat,” ungkap kiai yang dikenal sebagai penyair dan budayawan itu dengan nada haru.
Ia berharap Perhimpunan Dokter NU selalu mendapat rahmat serta dibimbing taufik dan hidayah Allah, sehingga dapat mengembangkan khidmahnya bukan hanya kepada orang NU, tapi semua masyarakat.
“Mudah-mudahan menjadi jariyah bagi para dokter kelak di hari akhir,” harap Gus Mus. (M. Zidni Nafi’)