KH Tubagus Muhammad Falak atau lebih dikenal dengan sebutan Abah Falak Pagentongan lahir di Sabi, Pandeglang, Banten tahun 1842. Sejak usia 15 tahun, Falak muda hijrah ke Mekkah, Arab Saudi, untuk mempelajari 27 bidang keilmuan.
Di sana, sebagaimana dikutip dari Tempo (Edisi 23 Mei 2020), selama 21 tahun ia tinggal di rumah gurunya yang juga berasal dari Banten, yakni Syekh Abdul Karim Banten. la murid Sufi besar Masjid Al-Haram sekaligus pendiri tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah, Syekh Achmad Khotib al-Syambasi.
Setelah kembali ke Banten, Falak dewasa diperintah ayahnya untuk syiar Islam di luar Banten. Pada sekitar tahun 1878 beliau tiba ke Bogor, kemudian mendirikan Pondok Pesantren yang bernama Al-Falak Pagentongan pada tahun 1901.
Menurut Cucu Abah Falak, Tubagus Rahmatullah, berdasarkan cerita turun-temurun, kakeknya tak mudah membuka perguruan di Bogor meski memiliki banyak ilmu hasil belajar di Arab Saudi selama 21 tahun.
Mayoritas penduduk yang bekerja sebagai petani semula belum memeluk Islam. Mereka rutin menyiapkan sesaji agar hasil panen melimpah. Di kawasan itu juga konon banyak jawara yang kerap mengganggu penduduk.
Abah Falak waktu itu mempunyai sawah luas. Beliau kerap membagikan hasil panen kepada masyarakat. Hal itu dilakukan sebab untuk mengikis budaya sesaji.
Abah Falak juga meredam amarah para jawara yang tak menyukai kehadirannya di Bogor dengan beradu kekuatan. Siapa yang bisa mengambil kelapa dari pohon tanpa menyentuhnya.
Dalam adu kekuatan tersebut, Abah Falak pun menang. Beliau menundukkan para jawara dengan wirid Syaman (Prasodjo, et al., 1974). Wirid syaman adalah kumpulan doa-doa yang berasal dari ajaran Syekh Syaman. Doa ini disertai jurus dan gerakan-gerakan berkeliling dan maju. (M. Zidni Nafi’)