Ibadah kurban adalah syariat tertua yang ada di dalam Islam, yang sudah ada sejak masa Nabi Adam as. Melalui kisah Habil dan Qabil yang melakukan persembahan kurban kepada Allah Swt., yang mana pada waktu itu persembahan kurban dari Habil diterima Allah Swt. karena ketakwaannya.
Kemudian ritual ibadah kurban ini diteruskan oleh Nabi Ibrahim as., dengan menyembelih putranya yang bernama Ismail as. Padahal Nabi Ibrahim as. pada waktu itu mengidam-idamkan seorang anak. Namun setelah Allah Swt. mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim as. dengan memberikannya anak, justru Allah Swt. meminta kepada Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putranya tersebut.
Dengan ketakwaannya kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim as. melaksanakan perintah tersebut. Namun, ketika Nabi Ismail as. akan disembelih, Allah Swt. menggantinya dengan seekor hewan sesembelihan.
Dalam Islam, ibadah kurban mengandung dua dimensi; pertama dimensi spiritual-transendental (akhirat) sebagai konsekuen untuk patuh dan bertaqwa kepada Allah Swt. Kedua dimensi sosial humanis (dunia) yang nampak dalam pola pembagian daging kurban, yang secara khusus diperuntunkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Kemudian ada kebersamaan serta gotong royong dalam menyembelih hewan kurban.
Dalam ritual ibadah kurban ini, ada banyak hikmah kehidupan yang bisa kita petik bahwa ibadah kurban tidak hanya bentuk ketaqwaan seorang hamba kepada Allah Swt. namun lebih dari itu ada rasa solidaritas sosial yang menjadi tujuan bersama. Di mana ibadah kurban mengandung makna sosial dan pendidikan dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.
Berbicara tentang sosial, Islam adalah agama yang tidak bisa dilepaskan darinya. Sehingga banyak dalam Alquran dan hadis yang membahas nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Seperti berbuat baik untuk tetangga, menolong orang lain, berbakti kepada orangtua, menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin, membantu orang yang sedang tertimpa musibah seperti gempa dan lain sebagainya.
Ibadah kurban merupakan sarana untuk mendidik umat Islam khususnya, dan umat manusia pada umunya. Untuk melatih menebalkan rasa kemanusiannya, mengasah kepekaannya terhadap lingkungan sekitar, sekaligus menghidupkan hati nurani dengan upaya selalu bersedekah dan berbagi ke sesama. Oleh karena itu, ibadah kurban tidak hanya bertujuan untuk kemaslahatan di akhirat saja, tetapi juga kemaslahatan di dunia. Di mana setiap tujuan syariat dalam Islam pasti mempunyai dua dimensi kemaslahatan yaitu dunia dan akhirat (sa’adah fi ad-daroini).
Ibadah kurban seharusnya menjadi momentum untuk mendidik setiap manusia menggapai dua dimensi kemaslahatan tersebut, di mana dimensi kemaslahatan akhirat dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan taqwa kepadaNya. Dan dimensi kemaslahatan dunia, dengan mendekatkan diri dengan sesama manusia, dengan saling mengasihi, dan dengan berbagi.
Bentuk dari dimensi kemaslahatan dunia dalam ibadah kurban adalah saling berbagi dan lebih mementingkan orang lain. Mereka yang berkurban akan menjalin hubungan antara dua golongan yang berbeda stratifikasi sosialnya, antara golongan yang mampu dan kurang mampu. Namun keduanya sama-sama berbasiskan kepada keimanan dan keikhlasan. Orang yang mampu berkurban tidak akan merasa bangga dengan kelebihannya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu untuk berkorban tidak akan merasa hina dan rendah diri.
Selain itu, ibadah kurban juga mempunyai makna dan nilai dalam upaya pengentasan fakir miskin ke dalam taraf hidup yang lebih layak dengan membagikan daging kepada mereka. Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan dan solidaritas sosial yang ada dalam ibadah kurban, harus menjadi pelajaran bagi umat manusia, agar selalu berbagi dan bersedekah tidak hanya di hari raya Idul Adha saja tetapi juga di luar waktu tersebut.
Dari sinilah bagaimana ibadah kurban menumbuhkan rasa solidaritas sosial dalam kehidupan manusia, di mana setiap muslim membangun sebuah relasi sosial berdasarkan perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Keikhlasan berkurban menjadi sinyal positif dalam merekatkan ukhuwah dan kepeduliaan sosial, untuk menyemangati umat dan bangsa agar tidak terpesona dengan fenomena individualisme dan materialisme
Begitu besarnya hikmah dalam mendidik dan menanamkan solidaritas dalam kehidupan manusia, yang terkandung dalam ibadah kurban, maka seharusnya bisa mendorong kita untuk mampu melaksanakan perintah Allah Swt. Karena semua itu dilakukan sebagai upaya untuk mendidik umat manusia, agar memiliki jiwa-jiwa pengorbanan dan rasa solidaritas sosial, serta menghilangkan egoisme untuk kemaslahatan masyarakat yang luas.