Ulama ahli Qur’an dan Tafsir asal Kab. Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam suatu majelis pengajian kitab bersama para santri pernah menjelaskan tentang hukum membaca dzikir kepada Allah hanya dengan lafal Hu Hu Hu ( هُ هُ هُ ).

Berikut keterangan dari Gus Baha:

Kamu coba lihat di kitab ‘Imrithi, satu kitab yang dipakai semua pondok di Indonesia:

Terjemah bebas: (Maka [La ilaha illa Allah] tenggelam dalam dhomir sya’n [lubuk hati], bagaikan seorang pecandu minuman yang sedang asyik dengan diiringi irama musik).

Jadi, orang kalau tasawuf dan mahabbah (cinta)-nya kepada Allah itu sudah tinggi, maka menyebut lafal Allah saja sudah tidak bisa. Menyebut La ilaha illa Allah  (لا إله إلا الله) saja sudah tidak bisa, karena terlalu lama, keburu rasa senangnya hilang.

Akhirnya فَأُشْرِبَتْ معنى ضمير الشان, yang ada itu cuma lafal, Hu Hu Hu ( هُ هُ هُ ) saja. Karena فاعلم انّه لااله الا الله , di situ yang dhomir sya’n (jenis kata ganti) kan cuma Hu ( هُ ) saja.

Karena tasawuf itu ada urut-urutannya. Jika masih mubtadiin (pemula), maka wiridnya Laa ilaha illa Allah, nanti agak kelas mutawassith (menengah) wiridnya: Allah, Allah, Allah. Lalu kelas paling tinggi wiridnya: Hu Hu Hu saja.

Apa tidak repot kamu?

Lha sekarang ini orang tasawuf dzikir Ha Hu, tapi tidak tahu maksudnya. Hahaha…

Jadi, sudah bukan Laa ilaha illa Allah dan sudah bukan Allah, Allah, tapi Hu Hu Hu

Dzikir Hu Hu sudah فَأُشْرِبَتْ معنى ضمير الشان, artinya sudah tercampur aduk di dalam hati. Jika sudah usyribat maka dengan sendirinya akan ‘menari’.

Sekarang ini secara sejarah, karena yang memulai adalah Jalaluddin Rumi, lalu disebut “Tarian Rumi”. Dia itu ketika ingat dengan Tuhan, karena keasyikan lalu dilakukan sambil menari.

Link Ngaji Versi Video:

Gus Baha – Zikir Hu Hu Hu

Ingin menyimak GUS BAHA lebih banyak lagi dengan translate BAHASA INDONESIA?

Silakan klik >> DAFTAR KOLEKSI NGAJI GUS BAHA

Leave a Response