Dalam suatu pengajian tafsir bersama para santri, pengasuh pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Kragan, Kabupaten Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal dengan Gus Baha menerangkan soal himbauan bagi orang ahli ibadah agar tidak meremehkan orang yang suka tidur.
Berikut penjelasan dari Gus Baha:
Habib Zein itu terkenal sekali ahli ibadah. Tapi, atas nama kealimannya, beliau menceritakan Abu Yazid Al-Busthomi itu sering (shalat) Tahajjud karena takut siksaannya Allah. Rata-rata motif orang ibadah itu kan takut siksa Tuhan.
Alhasil, nyuwun sewu (mohon maaf), Abu Yazid agak-agak benci sama orang Islam yang tidur saja. Jadinya beliau seperti itu.
Ini yang cerita Habib Zein, jadi tidak mungkin bohong, tidak mungkin punya gerakan anti Tahajjud. Mungkin kalau yang bilang saya, memang tidak pernah Tahajjud.
Suatu ketika Abu Yazid Al-Busthomi mengalami kasyaf, digojlog (disindir) oleh Allah:
“Yaa Aba Yazid, kamu itu jangan benci dengan hambah-Ku yang tidur-tidur. Kamu itu lihat sisi-Ku yang satu. Sepertinya kamu Tahajjud karena takut siksa-Ku. Jadi kau anggap Aku hal yang mengancam, sampai kamu takut kemudian Tahajjud. Itu hambah-Ku yang tidur karena merasa santai karena Aku tidak bakal menyiksa. Aku senang…”
Jadi ternyata, Allah itu tersanjung, يَعْلَمُوْنَ مِنَ الْعَذَابِ وَهَؤُلَاءِ:
“Pahala yang tidur dan (Tahajjud) kamu itu sama. Sebab kamu Tahajjud itu malah membuat-Ku kesal. Perkaranya seakan Aku ini tukang menyiksa. Kamu ketakutan terus Tahajjud, kamu takut terus istighfar. Bukan begitu!”
“Aku itu baik. Makanya ada orang yang suka tidur. Aku itu senang dengan mereka yang tidur.”
Bagaimana coba?
Makanya, kamu jangan meniru saya yang tidak Tahajjud, karena bukan kelasnya. Sebab sudah saya ilmuni (ada ilmunya), ilmu kelas tinggi. Bukan karena tidak tahu.
Tapi ini cerita, kadang-kadang kita ibadah itu melihat satu sisi Tuhan. Bahwa Tuhan itu seperti polisi yang ketat, orang tua yang ketat, aparat yang ketat.
“Aku kalau tidak Tahajjud, nanti disiksa Allah. Aku kalau tidak istighfar nanti tidak dimaafkan Allah.”
Tidak begitu cara memandang Allah. Kadang orang tidak pernah istighfar, Allah mengampuni. Allah memaafkan itu karena kehendak-Nya, bukan karena kamu istighar.
Imam Suyuthi berkata:
“Allah bisa mengampuni dosa orang yang dikehendaki Allah meskipun tidak ingin istighfar”
Coba sekarang kamu saya tanya, Wahsyi itu mendapat hidayah atau karena kehendak Allah? Apa ia bisa berdoaa meminta hidayah?
Kenyataannya tiba-tiba dia mendapat hidayah. Padahal membunuh orang paling disayang Nabi, yakni Sayyid Hamzah.
Sayyidina Umar apa pernah berdoa minta hidayah? Tiba-tiba menjadi Islam.
Artinya apa? Semua itu tidak bergantung amalan, tetapi karena kehendak Allah.
Makanya Imam Ghazali berkata, “Orang kok percaya amal, percaya istighfar berlebihan itu apakah tidak berpikir seandainya syaratnya baik itu istighfar dulu, maka tidak ada orang kafir masuk Islam.”
Apa ada orang zaman kafir bilang, astaghfirullah, ihdinas siratal mustaqim? Ya kan tidak ada. Hehehe
Tapi, kok dapat hidayah? Karena kehendak Allah.
Makanya saya minta, kalau kalian suka saya, kalau istighfar ya istighfar saja, sebab merasa bersalah tapi jangan men-ta’alluq-kan istighfarmu dengan ampunan Tuhan. Bisa saja Allah mengampunimu karena kamu tanpa istighfar.
Jangan pernah amal sedikit tapi sok-sokan (hebat)…!!
Simak sumber pengajian ini: “Gus Baha – Ahli Ibadah dan Orang Tidur”