Mempelajari tata cara membaca Alquran dengan baik adalah salah satu cara ilmu-ilmu Alquran. Di antaranya mengenal bacaan tajwid seperti bacaan Idzhar, Idgham, Iqlab dan sebagainya. Bacaan-bacaan tersebut dapat dipelajari dengan lengkap dari kitab-kitab pelajaran tajwid dasar semacam Hidayatus Shibyan maupun Tuhfatul Athfal.
Namun di antara bacaan-bacaan tersebut ada yang kurang dikenali sebab memang cukup jarang ditemukan di dalam Alquran. Bahkan meski cetakan Alquran sendiri sudah memberikan tanda khusus atau penjelasan tersendiri, banyak pembaca Alquran yang terkesan mengabaikannya sebab kurang dikenali oleh mereka.
Apa saja bacaan-bacaan yang cukup jarang ditemukan di dalam Alquran sehingga kurang dikenali? KH. Maftuh Basthul Birri merangkumnya dalam bukunya yang berjudul Persiapan Membaca Al-Qur’an. Berikut daftar dan perinciannya:
Bacaan Saktah adalah berhenti sebentar dengan kadar waqaf atau seakan-akan membaca waqaf tapi tanpa memutus nafas, kemudian melanjutkan bacaan kembali. Saktah memiliki kesamaan dengan waqaf dalam segi berhenti membaca. Namun, bila waqaf berhenti membaca disertai memutus nafas dan mengambil nafas kembali bila hendak meneruskan bacaan, saktah tidak.
Saktah berhenti membaca tanpa memutus nafas dan kemudian setelah dirasa sudah seperti waqaf, kemudian meneruskan bacaan (Fathur Rabbil Bariyah/39).
Bacaan saktah hanya terdapat pada lima tempat di dalam Alquran. Bacaan ini biasanya ditandai dengan س kecil di atas atau langsung ada tulisan سكتة. Berikut bunyi ayat serta letaknya di dalam Alquran:
Surat Al-Kahfi [18] ayat 1:
ۜ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا
Surat Yasin [36] ayat 52:
قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ
Surat Al-Qiyamah [75] ayat 27:
وَقِيلَ مَنْ ۜ رَاقٍ
Surat Al-Muthaffifin [83] ayat 14:
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Surat Al-Haqqah [69] ayat 28:
ۜمَآ أَغْنَىٰ عَنِّى مَالِيَهْ
Bacaan Isymam adalah mengerucutkan dua bibir usai membaca sukun huruf yang sebenarnya terbaca dhammah. Sehingga dalam Surat Yusuf ayat 11, nun tasydid terbaca ghunnah dengan bibir mengerucut ke depan layaknya isyarah membaca harakat dhammah. Atau apabila ditulis dalam huruf latin maka tertulis “laa ta’mann-unna” (Fathur Rabbil Bariyah/59).
Bacaan ini hanya terdapat pada satu tempat di dalam Alquran. Yaitu Surat Yusuf [12] ayat 11:
قَالُوا۟ يَٰٓأَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَ۫نَّا عَلَىٰ يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُۥ لَنَٰصِحُونَ
Bacaan Imalah adalah membaca harakat fathah dengan mengarah ke kasrah serta alif mengarah ke ya’. Sehingga huruf ra’ terucapkan dengan harakat antara fathah dan kasrah. Membelok dari fathah ke kasrah kurang lebih 2/3 serta membaca tipis. Dari yang biasanya terbaca “ra” menjadi terbaca “re”. Atau dari yang tampaknya terbaca “majraahaa”, maka harus dibaca “majreehaa” (Fathur Rabbil Bariyah/56).
Bacaan ini hanya terdapat pada satu tempat di dalam Alquran. Yaitu pada Surat Hud [11] ayat 41:
وَقَالَ ٱرْكَبُوا۟ فِيهَا بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
Bacaan tashil adalah membaca hamzah terdengar seperti ha’ samar. Bacaan ini hanya terdapat pada satu tempat di dalam Alquran. Yaitu pada Surat Fushshilat [41] ayat 44:
وَلَوْ جَعَلْنَٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ۗ
Mempelajari keempat bacaan ini hanya lewat teori atau berdasar ucapannya yang dituliskan dalam aksara latin, akan berpotensi besar pada salah dalam mempraktikannya.
Oleh karena itu, seperti yang sudah diperingatkan pengarang Fathur Rabbil Bariyah syarah Muqaddimah Al-Jazariyah; sebuah kitab tentang tajwid yang cukup lengkap, untuk mengetahui praktik yang benar terhadap bacaan di atas perlu berguru langsung kepada seseorang yang ahli tajwid. Dan perlu langsung belajar sembari praktek di hadapan sang guru atau bertemu antara satu mulut dengan mulut yang lain.