Kata Sowan belakangan sering digunakan diberbagai kalangan masyarakat Indonesia.Tradisi yang melekat di kalangan pesantren itu memang banyak melahirkan kebaikan.

Sederhananya, sowan berarti menghadap kepada orang yang dianggap harus dihormati, seperti guru, orang tua atau atasan.

Selasa, 1 November 2022, Kang fathah sowan Gus Rifqil dan Ning Imaz.

Pertemuan dilangsungkan di Ponpes Al-Anwariyah, Tegalgubug Lor, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.

Dalam pertemuan itu mereka banyak berdiskusi ‘dialektika’ mulai dari hukum fiqih, ekonomi, penyimpangan sosial serta sepak bola.

“Panjenengan itu kalo memaknai hukum jangan terlalu saklek, Agama ini diturunkan untuk mempermudah kehidupan manusia.

Misal gini, ada orang bilang bisa hidup tanpa Bank, sekarang tidak mungkin itu dilakukan, bahkan untuk ibadah kita melibatkan Bank.

Haji harus pakai ONH yang melibatkan Bank, mau beramal di Masjid juga melibatkan Bank (uang kertas ini yang mengeluarkan adalah Bank, dan tak mungkin laku jika kata bank itu hilang atau rusak),” terang Gus Rifqil Muslim sambil memegang uang kertas itu.

“Nggih gus, matur suwun sanget, panjenengan sangat alim, tau aja problem saya, yang sedang ingin mengembangkan usaha, hehe,” ucap Kang Fathah sambil tersenyum heran.

Kemudian Kang Fathah bertanya, apa yang harus kami lakukan di NUisme agar lebih masif lagi mewarnai kebaikan di ruang digital?

Gus Rifqil menjawab, “Istiqomah saja, yang sulit itu konsistennya, hehe.

Kemudian atraktif dalam memproduksi konten-konten agar lebih diminati kelompok milenial, dan bantu banyak pondok pesantren untuk sosialisasikan workshop jurrnalistik dan literasi digital skill, agar semua santri dapat menciptakan konten-konten yang baik juga atraktif,” terang Gus Rifqil yang juga sebagai penasihat NUisme.

Setelah diskusi, makan bersama, Kang Fathah diajak pelesiran ke Pondok Pesantren Gedongan bersama-sama dalam satu mobil dengan Ning Imaz, Budi dan Ferdi.

Saat di dalam mobil, Gus Rifqil bertanya, tadi kesini naik apa?

Naik motor gus, ucap kang fathah.

Wah, hebat kamu dari Bogor kesini pakai motor, brapa jam?

8 jam gus, aku sampai setelah bakda subuh, tapi yang lebih hebat Ferdi, dia gak mau gantian mengendarai motor walupun sudah aku tawarkan, Ucap Kang Fathah sambil tertawa.

Lah, gak usah aneh, Ferdi kan bintang dua, sambut Gus Rifqil sambil tersenyum, wkwkwk kami satu mobil tertawa bersama.

Sebelum sampai pondok pesantren Gedongan, Gus Rifqil dan Ning Imaz mengajak kami untuk mecicipi salah satu kuliner yang wajib untuk di kunjungi saat melancong ke Cirebon, nasi Jamblang namanya, makanan ciri khas Cirebon ini memang enak rasanya, dengan ciri-ciri nasinya di bungkus daun jati.

Setelah sampai, Gus Rifqil mengajak kami untuk keliling pondok pesantren Gedongan juga berziarah ke makam sesepuh pondok Pesantren Gedongan, salah satunya Almagfurllah KH. Muhammad Said (leluhur KH. Said Aqil Siradj)

“Hatur nuhun sudah melukiskan role model ideal. Yang seperti ini harus selalu tranding ‘Viral’ diruang digital, bukan sebaliknya.(catatan untuk pemerintah melalui kominfo agar lebih selektif memfilter seluruh aktivitas yang tersaji di ruang digital), agar generasi bangsa tak banyak yang tersesat. Semoga sehat dan tak pernah lelah Gus Rifqil dan Ning Imaz, untuk selalu mewarnai dalam ruang digital,” Terang kang fathah yang juga sebagai Mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Visi Nusantara Bogor itu.

Setelah itu kami syuting dalam acara Talk Show “NGOPI” (ngobrol petik ilmu) acara yang diselenggarakan oleh NUisme tersebut bertajuk tema: “Siapa? Role Model Yang Harus Diteladani”. Acara yang berlanggsung 30 menit itu cukup ringan dan berisi, penasaran? Saksikan di channel youtube nuisme official, Sabtu, 12 November 2022, Pukul 16:45 WIB.

Kontributor: Kang Fathah

Leave a Response