Suatu hari KH Abdul Jalil Mustaqim Tulungagung menerima tamu seorang perempuan. Kira-kira usianya antara 35-40 tahun. Dari ceritanya, ia sudah ditinggal suaminya selama 2 tahun. Sementara ia masih harus menanggung biaya hidup 4 orang anaknya. Maksud kedatangannya menemui Kiai Jalil untuk meminta doa bagi dirinya.
“Anu Mbah, saya mohon doa agar usaha dagangan saya lancar dan laris,” pintanya sambil sesenggukan kepada Kiai Jalil, seorang Mursyid Thariqah Syaziliyah.
“Usaha sampeyan apa? Dagangan sampeyan apa?” ditanya begitu oleh Mbah Jalil perempuan dengan 4 anak itu tidak lantas menjawab.
“Sudahlah Mbah, njenengan doakan saja agar usaha saya laris,” terang perempuan itu sebagaimana dilansir dari Channel Gus Yusuf dengan judul “Dakwah Kiai Jalil”.
Mbah Jalil Tulungagung selain mursyid thariqah juga termasuk min jumlati auliya illah (kekasih Allah). Beliau sebenarnya sudah mengetahui bahwa tamu yang datang itu adalah seorang pekerja seks.
Karena terdorong welas asih kepada tamu, Mbah Jalil yang merupakan Pengasuh Pesantren Pesulukan Thaqirah Agung (PETA) Tulungagung itu pun kemudian bermunajat kepada Allah. “Saya doakan. Sampeyan amini. Bismillahi allahumma laris.” Doa itu diamini perempuan itu dengan penuh kemantapan. Setelah mendapat berkah doa, pulanglah perempuan tersebut.
Sepekan kemudian, perempuan itu datang lagi ke Mbah Jalil. Ia datang dengan menangis lagi. “Ibu ini yang seminggu lalu minta doa kepada saya kan?” tanya Mbah Jalil kemudian diiyakan perempuan ini.
“Mbah saya minta doa Mbah dicabut. Saya kelarisen. Pagi 3 orang, siang 4 orang, malam 5 orang. Saya ingin bertaubat, berhenti dari pekerjaan saya ini,” akunya dengan penyesalan dan taubat.
Mendengar pengakuan itu Mbah Jalil hanya tersenyum. “Alhamdulillah.”