Bertempat di Ruang Amphiteater Lt. 2 Gedung Twin Towers UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dilaksanakan Simposium Nasional Pondok Pesantren. Tema yang diangkat adalah “Sinergi dan Kolaborasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Dalam Mendukung Pencapaian Suistainable Development Goals/SDGs“. Kegiatan ini diinisiasi oleh Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

Hadir sebagai narasumber adalah Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan dalam negeri KH. Abdul Ghofar Rozin, MEd yang juga ketua umum Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah (RMI) PBNU, Kasubdit Sarana dan Prasarana Direktorat PTKI Kemenag Ruchman Basori, SAg, MAg, serta Akademisi dan Peneliti bidang arsitektur dari ITS  Ir. H. Muhammad Faqih, MSA. PhD. Kegiatan ini dihadiri sedikitnya 100 Pondok Pesantren di lingkungan RMI.

Rektor UINSA, Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag., MA., Ph.D., dalam kegiatan kesempatan ini memberikan pesan agar simposium ini mendorong mendorong munculnya kegiatan yang konkrit. “Suatu karya nyata yang terukur, terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) untuk kemaslahatan dalam bidang pengembangan desain dan perencanaan pengembangan pondok pesantren,” ujar Prof. Masdar, yang juga Dewan Pakar Lembaga Pendidikan Tinggi NU Jawa Timur.

Kegiatan ini juga ditandai dengan penandatanganan nota kerjasama antara Rektor UINSA dengan Ketua RMI Pusat, serta perjanjian kerjasama di bidang pengembangan pondok pesantren antara Dekan Fak. Sains dan Teknologi UINSA dengan Ketua RMI Jawa Timur. K.H. Abdul Ghaffar Rozin, M.Ed. (Gus Rozin), dalam sambutannya, menyambut baik inisiasi kerjasama tersebut. Menghadapi era baru dalam konteks revolusi industri 4.0, membuat kondisi pesantren ataupun lembaga pendidikan harus berubah.

“Walaupun saya kira dalam konteks revolusi industri 4.0., fisik saja tidak cukup. Tetapi belum terlambat untuk memulai, berusaha untuk mengejar ketertinggalan. Bagaimana supaya ada support yang sistematis, masif, dan terstruktur untuk membangun fisik,” ujar Gus Rozin.

Gus Rozin juga berharap, bahwa MoU dengan UINSA tidak sekadar berhenti dalam ceremonial. “Maka kemudian, kami akan berperan sebagai pendobrak, alarm, sekaligus terus-meneus mengingatkan apa yang sudah dalam tahap perjanjian atau belum dan apa yang bisa kita sajikan,” tukas Gus Rozin.

Dalam kesempatan selanjutnya, KH. Agus Zaki Hadzik, Ketua RMINU Jawa Timur menyampaikan bahwa adanya kerjasama dengan FST UINSA, salah satu poin yang akan segera ditindaklanjuti adalah pembuatan Sistem Informasi untuk tata kelola administrasi perkantoran bagi Pesantren di Jawa Timur. “Sehingga walaupun pesantren itu ada puncak gunung, tetap bisa update,” ujar Gus Zaki-sapaan akrab KH. Agus Zaki Hadzik.

Ruchman Bashori dari Kasubdit Sarana dan Prasarana Direktorat PTKI menjelaskan fungsi Kementerian Agama RI tentang kebijakan pengembangan sarana dan prasarana pondok pesantren, yaitu Rekognisi, Regulasi dan Fasilitasi.

Usai ceremony sambutan dan penandatanganan MoU, kegiatan pun dilanjutkan dengan Simposium Nasional bersama narasumber Gus Rozin, Ruchman Basori, S.Ag., M.Ag., Hadir pula memberikan materi Ir. Suci Purnomo, M.M., Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur. Simposium ini kemudian dilakukan fasilitasi diskusi yang dipimpin oleh, Ir. Muhammad Faqih, MSA., Ph.D., akademisi dari Departemen Arsitektur ITS Surabaya.

Simposium berjalan lancer dan para peserta menyambut dengan sangat antusias ini dimoderatori Abdullah Hamid, M.Pd., dosen Fakultas Saintek UINSA yang juga pengurus RMI PBNU. Kesimpulan simposium menekankan pentingnya kolaborasi lembaga pendidikan dengan pesantren, dalam hal perencanaan dan pengembangan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals. “Dalam hal desain arsitektur, kita punya khas desain arsitektur Islam Nusantara”, papar mantan Wakil Rektor ITS ini.

Leave a Response