Ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu, di ujung timur pulau Jawa pernah terjadi pertumpahan darah antar kerajaan yang bertahta di sana. Sebuah peperangan yang merenggut nyawa orang tua Gayatri Rajapatni. Setelah serbuan yang dilakukan oleh Kerajaan Kediri, Sri Maharaja Kertanegara itu mangkat.
Putri bungsunya, Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa, ialah perempuan kelahiran Tumapel yang cerdas, penuh kasih, dan visioner. Melalui dirinya, kerajaan yang runtuh itu bangkit kembali dan membawa kejayaan di Nusantara.
Serangan yang dilakukan Jayakatwang, Raja Kediri, rupanya telah meluluhlantahkan Singasari. Namun begitu, Gayatri memiliki tekad yang kuat untuk membangun kembali kerajaan tersebut. Sebagai seorang putri raja, Gayatri tidak hanya digambarkan dengan pancaran kecantikan yang mempesona.
Akan tetapi, ada yang lebih kemilau dari pancaran fisiknya yakni keindahan budi pekerti, pengetahuan, dan welas asihnya yang membuatnya menjadi perempuan bijaksana dan cerdas.
Lahir dengan nama Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa, putri bungsu dari raja terakhir Kerajaan Singasari ini banyak mewarisi cita-cita luhur ayahnya. Selain itu, dia juga merupakan permaisuri raja pertama sekaligus founding father Kerajaan Majapahit yaitu Raden Wijaya atau Kertarajasa Jayawardhana.
Gayatri mendapatkan gelar “Rajapatni” yang maknanya pendamping raja. Bersama Kertarajasa, ia dianugerahi dua orang putri yakni Tribhuwana Tungga Dewi dan Wiyah Rajadewi.
Sebagai seorang putri mahkota dari Kertanegara, Raja Singhasari, Gayatri yang memiliki semangat visioner untuk membangun kembali negerinya itu tak serta merta ingin eksis dan tampil di depan layar sebagai pemimpin. Putri raja yang bijak itu lebih memilih menjadi permaisuri dan ibu suri yang tak begitu banyak tampil di muka umum. Meski demikian, Gayatri adalah sosok sentral di balik kesuksesan Majapahit yang menjadi imperium terbesar di Nusantara.
Gayatri Rajapatni merupakan sumber semangat dan inspirasi kerajaannya. Perannya di Majapahit amatlah besar walaupun tidak begitu disorot. Tetapi kiprahnya tidak bisa disingkirkan dan dilupakan begitu saja. Ia merupakan perempuan terhormat yang dicintai keluarganya dan rakyatnya.
Di tengah riuh dan menawannya panggung politik setelah wafatnya Kertarajasa, Gayatri menolak menjadi raja dan lebih memilih berada di balik layar serta tak tergiur eksistensi yang menggoda egonya.
Penampilannya yang anggun dan cantik tak menghalanginya untuk berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan berani. Gayatri merupakan perempuan yang berani dan percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya. Ia juga tidak ragu dan tidak segan memberikan usul dan saran kepada Kertarajasa, suami sekaligus raja Majapahit.
Seringkali, kecerdasan Gayatri terlihat dari pertanyaan kritisnya yang membuat Kertarajasa kaget dan bahkan para penasihat raja pun tidak terpikirkan untuk bertanya sekritis itu.
Putri bungsu Raja Singasari ini sejak kecil memang sudah tertarik dengan isu-isu politik, keagamaan, dan kenegaraan. Ia banyak berdiskusi dengan ayahnya terkait dengan hal-hal yang menarik perhatiannya. Di usia belasan tahun, ia tidak terpikat oleh pinangan laki-laki yang melamarnya untuk menjadi istrinya.
Gayatri tumbuh dan berkembang menjadi perempuan yang cerdas, asertif, dan visioner. Hal ini tak mengherankan jika melihat Gayatri yang sering terlibat perbincangan kritis dengan ayahnya. Selain itu, juga kebiasaan membaca Gayatri dan minat belajarnya yang besar terhadap pengetahuan.
Sebagai istri seorang raja, Gayatri banyak memberikan perhatian kepada sang suami melalui pandangan dan pendapatnya yang visioner. Pengetahuannya tentang kenegaraan, keagamaan, dan taktik perang tentu saja sangat membantu Kertarajasa dalam memimpin Majapahit.
Semangat Gayatri untuk mewujudkan mimpi tentang kemajuan kerajaannya tak pernah padam. Ia menjadi pasangan sekaligus patner setia Kertarajasa dalam mengembangkan Majapahit. Melaui diskusi gagasan-gagasan cemerlang Gayatri memberikan inspirasi kemajuan kerajaannya.
Kiprah Gayatri mengantarkan Majapahit hingga puncak kejayaan. Perjuangannya yang agung telah membawa Majapahit menjadi imperium tersohor di Nusantara. Perempuan cerdas dan bijak ini rupanya juga berada di balik ideologi yang dianut oleh Mahapatih Gadjah Mada.
Gagasan tentang penyatuan seluruh kerajaan di bawah satu federasi ia tanamkan pada Mahapatih yang masyhur itu. Gayatri ialah sahabat sekaligus mentor bagi Gadjah Mada yang selalu dimintai pendapat dan nasihatnya.
Sebagai seorang ibu suri, perannya dalam mendidik anak dan cucunya juga tak kalah hebatnya. Dari rahimnya lahir Ratu Majapahit yang tangguh, berani, dan cerdas yakni Tribuana Tungga Dewi. Tentu saja, keberanian dan kecerdasan yang dimiliki Tribuana tak lepas dari peran ibunya.
Gayatri menjadi sumber inspirasi dan semangat di tengah para pemimpin yang agung. Kejayaan Tribuana Tungga Dewi putrinya, kesuksesan Hayam Wuruk cucunya, dan kemasyhuran Mahapatih Gadjah Mada tidak lepas dari kiprah Gayatri.
Perjuangan seorang Gayatri Rajapatni memang tidak secara langsung dan terkonfrontasi di depan. Kemilau kiprahnya berada di tempat yang tak mudah dilihat orang. Akan tetapi hasil kiprahnya dinikmati banyak orang. Esensi keberadaan Gayatri mendahului bahkan mengalahkan eksistensinya.
Ia cahaya Majapahit yang sorotnya menerangi hingga generasi berikutnya. Sosok perempuan inspiratif yang cerdas, asertif, visioner, dan penuh kasih.